Pacuan Kuda Sumbawa, Kadispora; Ada ilmu magis yang lindungi Joki Cilik

kicknews.today- Kepala Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Kabupaten Sumbawa, Irwan Subekti, mendukung event pacuan kuda yang ditunggangi oleh joki cilik. Menurutnya, event itu dapat dimanfaatkan untuk mencari bibit-bibit unggul atlet berkuda.

“Bagi sektor olahraga, tradisi ini juga bisa menjadi ajang mencari bibit unggul atlet berkuda,” katanya, Selasa (21/6).

Irwan Subekti mengakui bila Dispora juga salah satu pihak penyelenggara event menyambut MXGP tersebut. Event ini kemudian mendapat sorotan dari beberapa aktivis anak di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mereka menilai pelibatan joki cilik adalah bentuk mengeksploitasi anak, melanggar HAM, serta Undang-Undang Perlindungan Anak. Namun Irwan beranggapan pacuan kuda di Sumbawa merupakan tradisi masyarakat yang penuh pesan kearifan lokal dan sangat layak diangkat sebagai atraksi wisata.

Keterlibatan anak-anak sebagai joki juga berasal dari tradisi turun temurun. Dalam setiap lomba pacuan, anak-anak berusia 8-12 tahun yang menjadi joki pengendali kuda pacuan.

“Bukan berarti eksploitasi anak, karena memang tradisinya begitu dari dulu,” katanya.

Irawan menjelaskan, tidak semua anak bisa menjadi Joki pacuan kuda. Sebab, secara tradisi pula, profesi Joki ini bersifat turun temurun dalam trah keluarga. Seorang joki pasti memiliki ayah, paman, atau kakek yang pernah menjadi Joki pula.

“Jadi, bukan semua anak bisa jadi joki. Selalu saja kalau ayahnya pernah jadi joki pasti salah satu anaknya akan menurun. Ini pun ada masanya umumnya berusia 8 tahun sampai 12 tahun, setelah itu nggak bisa lagi jadi joki,” katanya

Dalam tiap laga pacuan pun kata dia, tak berlangsung begitu saja. Ada prosesi magis yang menyertai joki pacuan kuda. Dalam tradisi Sumbawa disebut Sandro. Kelebihan eksoteris sang Sandro ini diyakini melindungi joki jika terjadi kecelakaan berkuda. Pro kontra Joki cilik dalam pacuan kuda, menurut Irawan, terjadi karena perspektif dan cara pandang yang berbeda.

“Secara nalar memang susah diterima, tapi itulah tradisi budaya. Sehingga meski terjadi kecelakaan berkuda terkadang joki ini tak mengalami luka,” tutupnya. (Nur)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI