Kesaksian keluarga dan ketua RT saat penangkapan terduga teroris di Bima

kicknews.today- Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap tiga orang warga Kota Bima, Minggu (19/6). Mereka diduga terlibat pada Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Yakni, inisial S, A dan M.

Pihak keluarga terduga dan Ketua RT setempat mengaku kaget dengan adanya penangkapan tersebut. Sebab, rutinitas tiga terduga sama seperti warga pada umumnya.

Seperti salah satu terduga inisial A, rutinitasnya hanya sebagai peternak ayam dan kambing. “Kadang juga dipanggil jadi buruh bangunan,” kata Yuni kakak kandung terduga A.

Yuni tidak menampik jika adik kandungnya itu mantan narapidana teroris. Namun pasca dibebaskan, dia diberikan modal usaha oleh keluarga sehingga rutinitasnya sebagai peternak.

“Yang saya tahu dia pekerja keras dan baru pulang ke rumah saat waktu sholat. Jadi, saya rasa nggak ada aneh,” sebutnya.

Ia juga menyayangkan temuan bahan peledak seperti yang diberitakan. “Itu gak ada,” katanya.

Ketua RT 03, Darussalam yang dikonfirmasi juga membantah soal temuan 2 kilogram bahan peledak di rumah warganya. Karena saat rumah mereka di geledah, ia diikutsertakan sebagai saksi.

“Saya saksi geledah kemarin, tidak pernah melihat bahan peledak yang disita. Yang ada hanya BPKB motor, itu pun kita minta kembali, karena tidak ada hubungannya,” tegasnya.

Aktivitas terduga pelaku selama ini kata Darussalam sedikitpun tidak ditemukan tindakan yang mengarah ke paham radikalisme. Mereka beraktivitas seperti masyarakat pada umumnya.

Seperti A sibuk dengan usaha ternak dan jual kue guna menopang ekonomi keluarga yang kini sang istri sedang berbadan dua. Dia tipikalnya terbuka, ramah dan berjiwa sosial.

Sementara S sibuk jual motor di showroom. Terkadang penuhi panggilan warga untuk penceramah pada agenda tertentu.

“Cuman dia pasca bebas dari hukuman tindak pidana teroris, agak tertutup. Tapi dia orang baik,” terang dia.

Sedangkan M kesehariannya hanya sebagai penjual keliling tahu. Terduga pelaku yang ditahan ketika sedang bersama sang isterinya ini bukan asli warga Kota Bima. Sang ayah berasal dari daerah Jawa, sementara ibunya dari Desa Ngali Kabupaten Bima.

“Dia gak digeledah di rumahnya. Tim densus 88 hanya melakukan pemeriksaan badan dan ditemukan sejumlah uang. Dan uang itu sudah kami tarik kembali,” pungkasnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI