kicknews.today – Minyak Sumbawa merupakan salah satu obat tradisional masyarakat suku Samawa di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penggunaan Minyak Sumbawa sebagai solusi pengobatan masyarakat terpelihara sejak lama dan menjadi sebuah budaya kearifan lokal yang turun-temurun karena khasiatnya sudah tidak diragukan lagi.
Pada umumnya, Minyak Sumbawa digunakan sebagai terapi pijat penyembuhan atau cidera seperti patah tulang, keseleo, rematik, salah urat, sakit punggung, memar, juga dapat menyembuhkan sakit perut, luka bakar, digigit serangga, disengat binatang berbisa, dan masih banyak lagi, termasuk menambah stamina khususnya bagi pria dewasa.

Konsep kearifan lokal masyarakat Sumbawa
Bahan campuran dan proses pembuatan Minyak Sumbawa secara detail masih belum diketahui lengkap bahkan dirahasiakan oleh pembuatnya, yaitu seorang tabib atau orang Sumbawa menyebutnya sandro.
Beberapa sumber mengatakan bahwa di dalam Minyak Sumbawa mengandung 44 jenis rempah-rempah dan akar kayu hutan yang diyakini sebagai faktor penyembuh (Informasi Minyak Sumbawa Asli dari Jereweh, Sumbawa Barat, penelitian ilmiah oleh Rina Karlina 2017). Namun, di daerah bagian Sumbawa yang lain, menurut beberapa sandro bahwa Minyak Sumbawa mengandung 9 jenis rempah, bahkan ada yang menyebut 3 jenis rempah saja sudah cukup.
Budayawan Sumbawa, Aries Zulkarnain, menjelaskan dalam wawancaranya bahwa 44 bahan dalam proses pembuatan Minyak Sumbawa bukanlah semata jumlah dari rempah sebagaimana informasi pada umumnya. 44 unsur yang dimaksud adalah sebuah keyakinan dalam proses pembuatannya oleh sandro (sandro dalam masyarakat Sumbawa selain paham dengan obat tradisional juga memegang nilai-nilai Islam), yang terdiri dari 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam, 13 Rukun Salat, dan ada 20 sifat yang diyakini.
Dalam masyarakat Sumbawa di mana nilai Islam menjadi pedoman kuat dalam kehidupan adat istiadat, obat hanya sebagai media, penyembuhan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka dari itu, dalam proses pembuatan obat harus ada doa yang diniatkan untuk kesembuhan.
Sementara, juga diyakini Minyak Sumbawa dibuat sandro yang nanti akan diwariskan turun temurun. Meski demikian, pewarisannya tidak boleh sembarangan, ada ketentuan khusus terutama masalah kedekatan emosional. Konsep-konsep kearifan lokal menjadi ciri khas mendasar dalam proses pembuatannya. Menurut sandro (Desa Lantung, Sumbawa Besar, video official Trans 2015), pembuatannya hanya dapat dilakukan oleh kaum laki-laki dan baiknya pada saat Bulan Muharam. Apakah ada kaitannya dengan kondisi kesuburan lingkungan atau musim yang mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman di hutan? Butuh penelitian lebih jauh.
Sandro maupun bahan-bahan rempah selama proses pembuatan minyak, tidak boleh bersentuhan dengan perempuan. Apabila pantangan tersebut dilanggar maka diyakini hasilnya kurang berkhasiat. Minyak Sumbawa bisa tidak sama persis hasilnya di antara sandro di beberapa desa, karena masing-masing sandro memiliki pola tersendiri baik dalam proses peracikan maupun komposisi bahan yang digunakan.
Apa saja kandungan dalam minyak?
Informasi umum yang dicantumkan pada label kemasan yang banyak ditemukan di pasar hanya berupa khasiat dan aturan penggunaan. Bahkan ketika diwawancara, sandro sangat merahasiakannya, masih dikhawatirkan akan terjadinya plagiat dari pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Hal ini karena belum adanya pengakuan dan peraturan yang bersifat melindungi minyak dari tiruan.
Karena banyak rahasia rempah dalam Minyak Sumbawa, Ziki Sutrisna dalam peneltian ilmiahnya, Studi Produksi dan Analisis Kimia Obat Tradisional Minyak Sumbawa Cap ‘Hutan Sumbawa‘ dengan Teknik GC-MS (Skripsi, Universitas Mataram, 2017), melakukan analisis komposisi kimia yang terkandung dalam minyak Sumbawa. Mengkaji proses produksi dan identifikasi senyawa dalam Minyak Sumbawa tersebut yang diproduksi oleh Hamdi Bafadhal.
Dijelaskan, proses pembuatan minyak Sumbawa meliputi dua tahapan yaitu pembuatan minyak kelapa dan penambahan rempah ke dalam minyak kelapa. Berdasarkan hasil penelitian, proses pembuatan Minyak Sumbawa dilakukan melalui pencampuran antara minyak kelapa dan rempah yang disertai dengan pemanasan dan pengadukan.
Identifikasi Minyak Sumbawa dari ekstrak metanol menghasilkan asam-asam lemak terdiri dari asam linoleate, palmitat, oleat, stearat, senyawa terpenoid dan flavonoid. Berdasarkan literatur, senyawa kimia yang teridentifikasi di dalam Minyak berperan sebagai antioksidan, antiseptik dan juga mampu mempertahankan kesehatan kulit. Sedangkan dalam minyak kelapa sendiri mengandung asam laurat tinggi, setara seperti pada air susu ibu. Asam laurat berkhasiat sebagai antibiotik alami yang mampu membunuh berbagi jenis kuman, virus, dan parasit.

Kekayaan tanaman hutan Sumbawa
Tidak hanya jenis tanaman seperti akar pohon yang kaya manfaat yang ditemukan di hutan Sumbawa, tapi juga jenis daun-daun tanaman yang tidak hanya diracik menjadi ramuan obat tetapi juga menjadi bahan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat sampai sekarang.
Seorang sandro yang diwawancara (video official NET, 2015), menunjukan proses pengambilan akar dan babak (kulit) pohon sebagai bahan dasar pembuatan Minyak Sumbawa desa setempat. Terdiri dari kulit akar kayu kunyit dan akar kayu jahe. Akar dan kulit diambil, namun akar dan kulit yang telah diambil dan meninggalkan bekas dipohon harus dipolesi kembali dengan tanah agar luka pada batang akar bisa tumbuh kembali.
Hal itu merupakan kearifan lokal setempat untuk menjaga hutan agar tetap lestari, demi kelangsungan hidup semua mahluk. Disebut bahwa akar atau batang yang terluka harus dipolesi dengan tanah atau istilahnya ‘diobati’. Maka dari itu, generasi penerus khususnya pembuat Minyak Sumbawa kelak haruslah yang memiliki kepekaan emosional yang kuat kepada alam sekitar.
Saat ini, produk Minyak Sumbawa sudah banyak ditemukan di toko oleh-oleh dengan harga terjangkau. Biasanya tertulis di botol kemasan informasi bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, terdiri dari: santan kelapa, daun sereh, rimpang jahe, kayu rapat, kunyit, jintan, lada hitam, pala, daun jati belanda, ketumbar, kayu manis, bidara laut, tapak dara, kulit, kelor, lumut, madu, dan lainnya. (red)