Pupuk subsidi di Lombok Barat langka dan mahal

kicknews.today – Petani di Lombok Barat kembali keluhkan mahalnya harga pupuk bersubsidi untuk menyuburkan tanaman di sawah mereka. Bahkan harganya dijual hingga Rp28 ribu dari Rp25 ribu per kilogram.

Seperti yang di keluhkan Badrun, 59 tahun, salah satu petani asal Desa Ombe Baru Kecamatan Kediri. Selain harga naik, keberadaan pupuk juga sangat langka.

“Sekarang ini kita biasa beli perkilonya Rp 28 ribu, padahal harga aslinya Rp 25 ribu, itu pun kalau kita dapat jatah,” aku Badrun yang dikonfirmasi di sawahnya, Senin (3/7).

Ia mengaku harga tersebut dirasanya sangat mahal, apalagi pupuk bersubsidi. Namun mau tak mau dia harus membeli agar tanamannya tetap tumbuh baik. Bahkan akibat langka dan mahalnya pupuk, sebagian lahan sawahnya ditanami palawija.

“Untuk menutupi biaya pupuk, kami terpaksa tanam palawija,” katanya.

Selain mahal dan langka, jatah pupuk untuk para petani juga dikurangi. Pengurangan jatah pupuk di kelompok tani itu pun dirasanya sangat memberatkan para petani di Kecamatan Kediri.

“Seharusnya jatah kami 6 kwintal, sekarang cuma dikasi 1,25 kwintal,” akunya.

Selain Badrun, Hadri yang juga seorang petani sangat mengeluhkan kondisi tersebut. Ia mengaku harus membeli pupuk ke tempat lain untuk bisa mencukupi kebutuhan padinya.

“Kita terpaksa beli ke pengecer jadinya, itupun harganya Rp 30-35 ribu per kilogram. Mau tak mau harus dibeli,” ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Pertanian Lombok Barat H. Lalu Winengan membenarkan jika stok pupuk untuk para petani sudah berkurang. Ia mengaku tidak ada tambahan jatah pupuk subsidi tahun ini. 

Jumlah pupuk yang akan dikirim sudah sesuai dengan kuota yang diajukan. Kouta pupuk subsidi untuk Lombok Barat di tahun 2023 sekitar 11 ribu ton. Rinciannya, 6.281 ton untuk pupuk urea, dan NPK 5.284 ton. 

“Kalau dihitung dengan kebutuhan petani, masih jauh berkurang, tapi mau bagaimana cuma itu yang disediakan pemerintah untuk kita para petani,” kata Winengan.

Masalah kuota pupuk ini sudah ditentukan pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya mengusulkan kebutuhan. Karena itu, pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani.

“Kita tetap menyampaikan keluhan petani ke pusat, karena saya harus berpihak juga ke petani,” katanya.

Petani pun diimbau untuk bertahan di masa tanamnya tahun ini. Namun, dia juga meminta supaya petani menggunakan pupuk organik terlebih dahulu untuk melancarkan masa tanam tahun ini.

“Semoga para petani kita bersabar dulu tahun ini. Untuk sementara kita imbau dulu petani menggunakan pupuk organik,” kata Winengan. (ys)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI