LIVE PODCAST: Senggigi mau dibawa ke mana..?

kicknews.today – Sudah puluhan tahun, atau setidaknya sejak akhir 80-an, Senggigi menjadi Ikon pariwisata Lombok, bahkan NTB. Ya, sejak awal Senggigi memang dirancang sebagai destinasi pariwisata ekslusif, kelas dunia. Hanya turis-turis manca yang berduit bisa ke Senggigi, menikmati Pantai, Senja dan berburu “Telur Naga”, Sebuah Istilah umum di kalangan para fotografer dunia saat itu untuk mengabadikan matahari tenggelam tepat di atas Gunung Agung. Biasanya sekitar bulan April hingga Juni.

Sunset di Senggigi

Senggigi sempat mati suri akibat kerusuhan sosial pada tahun 2000 dan peristiwa Bom Bali yang bertubi-tubi setelahnya. Lebih dari 10 tahun, Senggigi seperti tak terurus dan hanya menjadi surga tersembunyi kaum gay, lesbian bahkan phedopilia. Ada juga cafe remang-remang yang bermunculan silih berganti, dengan pelanggan para pekerja tambang ilegal yang marak di Lombok dan Sumbawa. selebihnya tak tau mau diapakan.

Hingga tahun ketika Era Presiden SBY berkuasa dan TGH Zainul Majdi – Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi Gubernur NTB, Lombok menjadi tujuan MICE. Tempat meeting, rapat-rapat, seminar, workshop dan acara-acara pemerintah berskla nasional. Pariwisata NTB, khususnya Lombok kembali bergeliat. Hampir setiap hari tamu-tamu dari berbagai daerah datang ke Lombok untuk mengikuti acara-acara kementrian atau lembaga-lembaga nasional-internasional.

Senggigi kembali bergeliat. Mobil-mobil pribadi maupun carteran lalulalang membawa para tamu, hotel-hotel penuh sesak, event-event seni bergemuruh. Optimismepun menjalar cepat. Warung dan restoran, tempat-tempat penjualan souvenir menjamur. Sektor riil panen raya.

Di tengah Optimisme yang menggebu, tiba-tiba prahara datang. Lombok diguncang gempa dahsyat. bukan hanya bagunan dan infrastruktur yang hancur, dunia pariwisatapun ambles seambles amblesnya.

Turis asing hendak meninggalkan Lombok saat peristiwa gempa Lombok tahun 2018

Pemerintah tak kurang akal. Dibuatlah strategi baru dengan dijadikanannya Rinjani sebagai kawasan geopark dunia dan Wilayah pantai Kuta (Mandalika) sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) disektor kepariwisataan. Pemerintah juga mencoba membuat branding baru, dengan menjadikan Kawasan Mandalika tersebut sebagai Sirkuit MotoGP berkelas dunia. Segala daya diupayakan untuk menyambut event besar yang belum jelas juntrungannya itu.

Di tengah semangat yang bergelora dan nafsu menggebu tersebut tiba-tiba muncul “pagebluk” berskala dunia: Pandemi Covid 19 yang merajalela. Tak hanya sektor pariwisata, hampir seluruh kegiatan ekonomi lumpuh. Di luar itu semua, Senggigi semakin tenggelam dan seolah terlupakan.

Tetapi hidup harus tetap berjalan, bukan? Dan Wilayah NTB, khusnya pulau Lombok yang sudah keranjingan dengan pariwisata tetap optimis, bahwa entah kapan, kejayaan pariwisata itu akan kembali lagi menghampiri. Hanya fokusnya seolah berpindah ke Mandalika (Lombok Selatan) atau sekitar Rinjani.

Terus Senggigi mau dibawa ke mana? Bagaimana juga upaya pihak terkait, khususnya Pemkab Lombok Barat melalui Dinas Pariwisatanya menyikapi ini semua? Upaya apa saja yang coba dilakukan?

Yuk simak dan ramaikan. Selain ada live podcast bersama Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, juga ada pementasan menarik dari komunitas muda Desa Sesela yang akan menampilkan musik tradisi kontemporer.

Sambil syruuppuutt kopi di NewsCoffee atau ikuti streamingnya lewat Youtube dan Halaman Facebook kicknews.today pada Sabtu – Malam Minggu, 3 Oktober 2020 pukul 19.30 sampai selesai.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI