Orang Sasak ke Gaza

Ilustrasi Lombok - Gaza
Ilustrasi Lombok - Gaza

Oleh: Buyung Sutan Muhlis

Orang Sasak ada di mana-mana. Ini bukan cerita baru. Mereka meninggalkan Lombok dengan berbagai alasan dan keperluan. Mulai dari kepentingan pendidikan, syiar agama, perdagangan, politik, hingga ketenagakerjaan.

Di pertengahan abad ke-19, Umar, cucu Kiai Nurul Huda, penghulu agung Selaparang, berangkat ke Mekah di usia 14 tahun. Di tanah suci, Umar tak hanya menunaikan ibadah haji. Bertahun-tahun ia memperdalam ilmu agama. Berguru pada tokoh-tokoh ulama ternama. Beberapa putranya lahir di Mekah. Salah seorang bernama Ahmad, yang belakangan dikenal Tuan Guru Tretetet, ulama eksentrik yang sepak-terjangnya penuh misteri. Umar pulang di tahun 1880. Sejak itu ia menjadi guru yang mencetak banyak ulama di Lombok dan daerah lain.

Jauh sebelum itu, di Karang Bedil, Mataram, merebak nama seorang wanita. Ia mashyur lantaran kecantikannya. Perempuan elok itu bernama Maemunah, adik kandung H. Ismail, sosok perintis Karang Bedil. Maemunah dipersunting seorang lelaki asal Inggris, yang dihubung-hubungkan dengan orang-orang asing di perusahaan dagang Inggris di Lombok yang dipimpin George Peacock King. Wanita ini lalu diboyong ke London, menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Di tahun 1950-an, gelombang besar komunitas Tionghoa kembali ke negara mereka. Kolumnis Goenawan Mohamad mencatat, sekitar 100 ribu orang-orang keturunan Cina meninggalkan Indonesia. Peristiwa ini dipicu munculnya Peraturan Presiden No. 10 Tahun 1959. Peraturan yang melarang orang asing yang berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah dan wajib menyerahkan usaha itu kepada WNI.

Tetapi tidak hanya etnis tersebut yang kembali ke tempat asal. Banyak di antara mereka yang menikah dengan pribumi. Selamah, wanita Ampenan, salah satunya. “Bibi saya itu dibawa suaminya ke Tiongkok, dan beranak-pinak di sana,” kata Rusman, pensiunan pegawai kehutanan.

Mulai tahun 1970-an, Lombok mengalami krisis ketenagakerjaan. Pulau ini juga dinyatakan padat penduduk. Sejak itu, banyak warga Lombok bertransmigrasi ke beberapa daerah, antara lain Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. “Agar mereka betah, saya sering ditanggap ke wilayah-wilayah transmigran itu,” tutur H. Lalu Nasib AR, maestro dalang wayang Sasak.

Disebut-sebut, jumlah diaspora Sasak hampir sama dengan populasi masyarakat setempat yang ada saat ini. Totalnya sekitar dua jutaan orang. Menurut salah seorang perantau Sasak di sebuah wilayah di Sulawesi, jumlah orang Sasak di sana sebenarnya cukup untuk 5 kursi di legislatif tingkat kabupaten. Tapi orang-orang Sasak lebih memilih bertani.

Hampir empat dasawarsa, Lombok menjadi kantong buruh migran. Migrasi tak hanya ke negeri-negeri jiran, tapi juga hingga ke Jazirah Arab, Tiongkok, Eropa, dan kawasan lainnya.

Jubir Kemenlu Lalu Muhamad Iqbal
Jubir Kemenlu Lalu Muhamad Iqbal

Akhir tahun ini, seorang lagi manusia Sasak akan meninggalkan tanah air selama beberapa waktu. Bukan untuk mendapatkan pekerjaan atau mengelola usaha. Ia punya tugas penting. Tentang misi kemanusian terkait konflik di Jalur Gaza, Palestina. Dialah Dr. Lalu Muhamad Iqbal  M.Hub.Int., putra Lombok kelahiran Praya.

“Harusnya 17 sampai 23 Desember saya mendampingi Menlu ke tiga negara Maghribi untuk isu palestina. Tapi tanggal 21 Desember ada kongres organisasi profesi diplomat. Saya ketua dan saya harus pimpin kongres,” jelas Lalu Iqbal.

Dalam siaran persnya hari ini, Selasa (12/12/23), Lalu Iqbal mengatakan Pemerintah Indonesia tidak akan berhenti memperjuangkan agar gencatan senjata segera dicapai dan bantuan kemanusian dapat segera disalurkan ke Gaza. Ia memastikan Indonesia menjadi co-sponsor resolusi tentang gencatan senjata dalam sesi khusus majelis umum PBB beberapa hari ke depan. Selain itu, “Kita harapkan tercapainya kesepakatan tentang kemungkinan pembukaan pintu ke dua untuk masuknya bantuan ke Gaza,” ujarnya.

Sebagai diplomat, bukan kali ini saja Lalu Iqbal terlibat dalam peristiwa yang menjadi sorotan publik. Jauh sebelum menjadi Dubes Turki, lelaki ini memimpin penanganan evakuasi WNI dari Nepal, evakuasi WNI dari Yaman, evakuasi WNI dari Suriah, pembebasan WNI yang disandera di Filipina, pemulangan TKI dari Arab Saudi dan Malaysia, dan penanganan kasus pekerja migran Indonesia yang dialami Walfrida Soik dan Satinah.

Lalu Iqbal satu dari sejumlah tokoh Sasak yang sukses di luar Lombok. Satu demi satu tugas-tugas penting kenegaraan tuntas di tangannya. Tetapi ia tak pernah melupakan tanah kelahirannya. Suatu ketika ia akan kembali.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Buyung Sutan Muhlis

Penulis buku dan sastra

Artikel Terkait

OPINI