Nunas Nede, ritual warga Sasak sambut musim hujan

kicknews.today – Sebagai ungkapan rasa syukur serta meminta permohonan, masyarakat dan Pemerintah Desa (Pemdes) Desa Kesik, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur (Lotim) menggelar acara ‘Nunas Nede’. Ritual yang sudah menjadi tradisi masyarakat merupakan prosesi gawe adat tahunan setiap menyambut musim hujan.

Doa atau ritual tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat setempat akan nikmat Allah SWT, sehingga tradisi itu menjadi turun temurun berawal dari nenek moyang.

Acara Nunas Nede itu dilakukan untuk mensakralkan lokasi sumber mata air terbesar di desa tersebut, yang dijadikan penghidupan masyarakat tani setempat. Bahkan, untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat atau pengelolaan air minum Pamdes setempat.

“Lokasi mata air Rametak, namanya. Sedangkan lokasi adatnya di dekat mata air Rametak atau di Tirta Ratu yang diyakini warga sebagai lokasi pemandian seorang puteri pada masa lampau. Itu dibuktikan dengan adanya situs jejak kaki seorang ratu di atas batu kolam pemandian yang selama ini dipercaya sebagai tempat para Ratu zaman dulu membersihkan badannya,” ujar Kepala Desa Kesik, M.Kadri ketika dikonfirmasi via WhatsApp pada Minggu (18/12).

Konon wilayah itu, dulunya sebagai tempat mandi Ratu, karena dibuktikan dengan bekas kaki di salah satu batu dekat lingkok (sumur) tersebut. Kalau diperhatikan berbeda dengan bekas kaki manusia pada umumnya. Itu juga dipercaya oleh orang luar Kesik.

Acara yang digelar pada Minggu (18/12) dimulai pukul 08.00 Wita yang dipimpin oleh pemangku adat desa setempat, pelaksanaan itu sesuai ketentuan yang dihajatkan oleh pemangku adat.

“Acaranya, masyarakat akan membawa beberapa jenis sesajen hasil bumi dan ternak yang akan diiringi musik tradisional seperti Barong dan Gamelan ke gawe tersebut, tempat mata air disakralkan. Seperti (Nunas Nede) artinya (Meminta Tolong) atau memohon keselamatan agar hasil panen penduduk melimpah dengan mata air yang selalu ada tanpa ada kekeringan air. Jadi kita menggelar adat untuk meminta pertolongan sekaligus wujud syukur,” ucap Kadri.

Sedangkan pantangan dalam acara adat tersebut, kata Kadri, khusus bagi kaum perempuan yang sedang dalam keadaan menstruasi tidak diperkenankan mengikuti acara itu, karena hal tersebut bisa mempengaruhi kesakralannya.

Dengan diadakan acara ini M Kadri berharap adanya perlindungan dari sang pencipta sehingga akan berdampak kebaikan bagi masyarakat.

“Acara ini merupakan simbol keragaman dan kekayaan bumi sasak ini dengan Adat dan budaya bernuansa islami,” ujarnya.

Sedangkan warga setempat, Putrilin meyakini dengan adanya cerita turun temurun tersebut. “Saya selalu ikut setiap ada acara adat Nunas Nede setiap tahun, hanya dilakukan ketika musim hujan seperti bulan ini,” pungkasnya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI