Ngalun Aik dan Poposan, ritual warga desa Aikdewa Lombok Timur menjaga mata air di musim kemarau

Ritual Ngalun Aik warga Desa Aikdewa Lombok Timur menjaga mata air di musim kemarau

kicknews.today – Gawe Desa Aikdewa yang ke-4 kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur kembali sukses dilaksanakan. Kegiatan tersebut mengangkat adat dan budaya Ngalun Aik Kokok dan Poposan. Ngalun Aik Kokok sendiri merupakan sebagai label kegiatan Gawe Desa Aikdewa, di mana kegiatan tersebut rutin digelar pada musin kemarau seperti saat ini. 

 

Ngalun Aik Kokok sendiri berasal dari bahasa Sasak yang berarti ‘Merayu Air’ agar air yang keluar dari mata air dapat kembali melimpah ketika dalam kondisi debit menurun pada musim kemarau.

 

“Ngalun Aik itu sendiri sebagai wujud adat budaya nenek moyang untuk bagaimana kita menghargai alam. Tentunya doa dan harapan kepada yang maha kuasa dengan melakukan ritual adat merayu air ini,” ucap Marzuki selaku Ketua Panitia Gawe Desa 4 Aikdewa pada Senin (21/10/2024).

 

Tak hanya Ngalun Aik Kokok, ritual adat itu juga dirangkaikan dengan pelaksanaan budaya lainnya yakni Poposan. Poposan ini sendiri yakni sunatan masal yang dilakukan di atas gazebo setinggi 5 meter dengan ukuran 2×2 meter.

 

“Poposan ini merupakan gazebo setinggi 5 meter yang sering dilaksanakan oleh masyarakat kita dahulu. Di mana esensi sunatan di atas Poposan yakni dipercayai dapat meningkatkan keberanian dan mental dari anak-anak hingga ia tua nanti dan siap bertempur dengan kondisi apapun,” terangnya.

 

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan budaya yang ada di Desa Aikdewa, bahkan prosesi adat Ngalun Aik Kokok masuk dalam salah satu pencatatan warisan budaya tak benda Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 

Marzuki berharap agar kegiatan pelestarian budaya yang ada di Desa Aikdewa ini dapat terus berjalan dan menjadi salah satu wadah budaya untuk memperkenalkan Aikdewa dengan segala potensinya ke masyarakat luas dan para pemangku kebijakan, agar nantinya potensi Aikdewa dapat dilirik dan berdaya saing.

 

“Harapan kita agar event ini terus berjalan setiap tahunnya, terlebih masuk dalam kalender of event Lombok Timur dan target lita dapat menembus pasar nasional bahkan internasional,” harapnya.

 

Sementara itu, Sektretaris Dinas Pariwisata, Muhir mengatakan bahwa sesungguhnya Desa Aikdewa telah melaksanakan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pokok-pokok Kemajuan Kebudayaan. Terkait dengan tradisi yang tadi, pemerintah daerah telah memiliki kaki dan tangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk pelestarian budaya tugasnya ada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

 

“Mohon kiranya pak Kepala Desa dapat menyurati Kepala Dikbud agar dapat mengkurasi dan diakui secara nasional bahwa ini Ngalun Aik ini tumbuh, subur, utuh, dan berkembang hanya ada di Desa Aikdewa,” ucap Muhir.

 

Termasuk penggunaan dana dalam hal pelestarian budaya, tentunya pemerintah daerah akan melihat embrio yang muncul tentang kebudayaan sehingga dapat dilirik dan dapat turut serta. Dengan demikian, kata Muhir Desa Aikdewa telah melaksanakan UU 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

 

“Kalau ini terus dilakukan, maka akan ada satu-satunya desa di Lombok Timur yang melaksanakan UU 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya itu. Saya pribadi gereget sekali dengan hal yang berbau kebudayaan, maka saya siap memberikan pendampingan untuk Desa Aikdewa,” tuturny.

 

Muhir meminta kepada Camat Pringgasela membantu Desa Aikdewa untuk membuatkan plan staf akurasi kegiatan Ngalun Aik tersebut. Sehingga nanti alur birokrasi dapat berjalan dengan baik dan dapat terus dikembangkan menuju kebudayaan yang terus lestari hingga generasi bangsa selanjutnya.

 

“Jika Pringgasela berhasil masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), maka tidak mustahil Aikdewa dapat melakukan itu. Salah satu langkahnya yakni melakukan akurasi kegiatan tersebut dan tentunya tambahan lain seperti infrastruktur,” jelasnya.

 

Muhir menjanjikan jika staf plan dapat terlaksana dengan baik, maka Dinas Pariwisata dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur akan menggelar karpet merah untuk mendatangkan para orang berpengaruh untuk melihat kebudayaan di Desa Aikdewa dan segala sisinya.

 

“Ini membutuhkan kolaborasi yang baik semua pihak baik dari masyarakat, kepala desa, camat, dan pemerintah daerah untuk menjadikan kecamatab Pringgasela ini menjadi satu-satunya kecamatan budaya pertama di Indonesia,” tegasnya.

 

Ia juga menekankan pemerintah desa Aikdewa untuk dapat memaksimalkan anggarannya untuk pemberdayaan masyarakat desa dengan memasukkan kegiatan kebudayaan tersebut dalam penganggaran untuk tahun berikutnya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI