in

Video: Melihat teman-teman tuli bermain musik – Alatnya dibantu Dispar Kota Mataram

kicknews.today – Seumur hidup mereka tidak pernah mendengar bunyi-bunyian. Maka bermain, mendengar dan menikmati musik ialah sesuatu yang sepertinya mustahil bagi mereka teman-teman penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Namun hal itu terbantahkan saat melihat teman teman tuli bermain musik gong kebyar di Sanggar Pendidikan Seni Assyafi’i Kota Mataram.

Ada sekitar 40 orang teman-teman tuli bermain musik tradisional dengan dibimbing oleh seorang etomusikolog MA Nur Kholis Sumardi SRS.Sn M.Sn meskipun dengan partitur-partitur yang relatif masih sederhana.

“Musik itu bukan cuma bisa dinikmati dengan telinga. Secara visual musik juga bisa dinikmati. Bahkan untuk teman-teman tuli mereka bisa merasakan getarannya sampai ke hati. Inilah istimewanya musik,” kata etnomusikolog yang karib dipanggil Kake Kholis itu di Mataram, Minggu (27/11).

Dijelaskan dia, ketika mendapat pemberitahuan untuk mengajarkan musik bagi teman-teman tuli, dia malah teringat pada kisah seorang komposer kenamaan dunia yakni Ludwig van Beethoven yang karya-karyanya hingga kini abadi ternyata ialah seorang penyandang tuna rungu atau tuli. Bagi Kholis, mengajari teman-teman tuli bermusik merupakan tantangan besar.

“Musik ialah bentuk kecerdasan yang berbeda. Kalau kita memahami prinsip-prinsip musik dan bagaimana dia menggetarkan hati, semua orang bisa menghasilkan nada-nada yang indah. Inilah yang kemudian membuat saya yakin kalau mereka (teman tuli) bisa bermain musik dan menikmatinya,” kata dia.

Dukungan untuk hal ini juga muncul dari Dinas Pariwisata Kota Mataram di mana lembaga pemerintahan yang Kepala Dinasnya juga merupakan musisi itu memberi bantuan berupa seperangkat alat musik perkusi tradisional yang kini menjadi alat dasar utama yang mereka mainkan.

“Alhamdulillah sanggar seni untuk teman tuli kami mendapat bantuan dari Dinas Pariwisata Kota Mataram. Terimakasih banyak saya ucapkan kepada Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, H. Nizar Denny Cahyadi yang telah bermurah hati membantu kami mewujudkan impian dari adik-adik kami. Salam hormat dari mereka untuk bapak Kepala Dinas,” lanjutnya.

Dia berharap, dukungan dari pemerintah tidak cukup sampai di situ. Karena perjuangan teman-teman difabel untuk mencapai kesetaraan masih sangat panjang, terutama untuk mengakses layanan-layanan publik lainnya. (red.)