Minat tinggi, peluang kerja di Jerman & Jepang terbentur kendala bahasa

Kepala DPMPTSP_Naker KLU, Evi Winarni. (Foto. kicknews.today/Anggi)

kicknews.today – Minat masyarakat Lombok Utara untuk menjadi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) ke luar negeri cukup tinggi. Namun sayangnya, mayoritas dari mereka masih memilih Malaysia sebagai negara tujuan utama, sementara peluang ke negara-negara lain seperti Jerman, Jepang dan Korea Selatan yang menawarkan berbagai posisi strategis justru belum banyak diminati.

 

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Penanaman Modal, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (NAKER-PMPTSP) Kabupaten Lombok Utara, Evi Winarni mengungkapkan bahwa sebenarnya banyak peluang kerja terbuka di negara-negara maju, baik melalui skema Government to Government (G to G) maupun Government to Private.

 

Terbaru, menurut Evi, pemerintah Jerman tengah membuka kesempatan besar bagi tenaga kesehatan asal Indonesia. Namun, tantangan utama adalah penguasaan bahasa asing.

 

“Untuk ke Jerman, misalnya, sekarang dibutuhkan tenaga kesehatan melalui G to G. Tapi kualifikasi utamanya adalah harus menguasai bahasa Jerman dan Inggris. Bahasa Inggrisnya pun tidak lagi menggunakan TOEFL, tapi IELTS. Ini tantangan besar kita,” ujar Evi, Selasa (05/08/2025).

 

Selain Jerman, peluang juga terbuka untuk program magang ke Jepang. Sayangnya, partisipasi dari Lombok Utara masih sangat rendah. “Tahun ini baru dua orang yang bisa magang ke Jepang, tahun lalu juga sangat minim. Lagi-lagi, kendalanya adalah bahasa,” jelasnya.

 

Peluang juga datang dari Korea Selatan. Beberapa waktu lalu, salah satu wali kota dari Korsel bahkan datang langsung ke Lombok Utara untuk membuka komunikasi terkait potensi penyerapan tenaga kerja migran dari daerah ini.

 

Data dari Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) juga menunjukkan adanya kuota ke berbagai negara di Asia, Eropa, hingga kawasan Timur Tengah. Namun, hambatan kompetensi, terutama kemampuan berbahasa, masih menjadi penghalang terbesar.

 

Menyadari tantangan tersebut, Evi mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Bupati Lombok Utara untuk memasukkan pelajaran bahasa asing ke dalam kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK). Bahasa seperti Jepang, Jerman, dan Korea diharapkan bisa mulai diajarkan sejak dini.

 

“Kalau Balai Latihan Kerja (BLK) belum siap, maka SMK menjadi solusi. Kita sudah sampaikan agar kurikulum mereka bisa memasukkan bahasa asing negara-negara yang memang membuka ruang kerja bagi warga kita,” katanya.

 

Namun demikian, Evi menyayangkan rendahnya minat masyarakat untuk mengambil peluang ke luar negeri yang lebih menjanjikan dari sisi upah dan jenjang karier. Banyak CPMI yang beranggapan bahwa prosedur ke negara-negara maju terlalu rumit dan persyaratannya sulit dipenuhi.

 

“Padahal kalau kita lihat, negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Korea sangat terbuka. Tapi animo masyarakat kita masih rendah, karena belum siap secara kompetensi. Inilah yang ingin kita ubah, agar CPMI bisa berangkat secara legal, aman, nyaman, dan memiliki daya saing tinggi,” tutupnya. (gii-bii)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI