Cuaca di Lombok gerah bahkan saat Imlek, ternyata ini penyebabnya..

kicknews.today – Beberapa waktu ini cuaca di Lombok Nusa Teggara Barat (NTB) terasa sangat panas bahkan membuat kita gerah dan berkeringat padahal menurut prakiraan, NTB masih ada di musim penghujan. Di saat Imlek, Minggu (22/1) kemarin pun cuaca masih juga terasa panas. Hanya sebagian kecil daerah di Lombok yang terpantau mengalami hujan ringan hingga sedang.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan resminya, hari ini Selasa (24/1) cuaca di Kota Mataram misalnya mencapai suhu 32 drajat celcius sementara langit tampak cerah berawan.

Dilansir dari pendapat Koordinator Sub-Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, menjelaskan bahwa suasana udara panas itu merupakan penanda akan turun hujan. Hal ini biasanya terjadi selama 15 menit sampai 1 jam sebelum terjadinya hujan turun. Tapi tidak menutup kemungkinan juga, udara panas ini bisa terjadi sepanjang hari sebelum hujan, bahkan hal ini bisa terjadi saat malam, siang hari, atau di pagi hari.

Hal ini terjadi karena dalam proses perubahan air menjadi bentuk gas atau dikenal juga dengan evaporasi, diperlukan penyerapan energi dalam bentuk panas.

Energi panas ini kemudian akan disimpan oleh molekul-molekul uap air, yang selanjutnya uap air ini akan naik ke atas dan sampai pada ketinggian yang suhunya lebih rendah. Ketika udara panas bertemu dengan udara dingin, terbentuklah awan yang lebih tebal.

Ketika awan gelap dan mendung terbentuk, di dalam awan itu akan terjadi proses perubahan uap air menjadi air. Untuk menjadi hujan, awan itu harus mengeluarkan energi panas yang disimpan. Energi panas ini yang sering dirasakan sebelum hujan oleh manusia.

Sebab keluar dalam jumlah yang masif, udara yang panas ini mempengaruhi kenaikan temperatur udara di sekitar tempat akan terjadinya hujan.

Di samping itu penyebab lain yang bisa juga berpengaruh pada panas sebelum hujan, yaitu akibat efek rumah kaca. Ketika mendung menutupi langit, secara otomatis panas matahari tak bisa terpantulkan lagi hingga terjebak di Bumi.

Teori tersebut semakin kuat karena oleh komposisi awan yang ternyata sebagian besar terdiri dari udara biasa yang punya kandungan banyak polusi seperti karbon dioksida.

Polusi ini yang menjebak panas matahari, persis seperti yang diterangkan dalam teori efek rumah kaca yang membuat panas terperangkap dengan gas rumah kaca dalam atmosfer. Itulah penyebab dari gerah dan panas sebelum terjadinya hujan. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI