kicknews.today – Pulau Lombok bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memesona, tetapi juga sebagai penjaga sejarah dan warisan intelektual Nusantara. Salah satu bukti paling kuat dari peran Lombok dalam sejarah adalah ditemukannya naskah Kakawin Negarakertagama di Puri Cakranegara pada tahun 1894.
Negarakertagama bukan hanya kitab yang menggambarkan kebesaran Majapahit, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa Lombok adalah bagian penting dari peradaban Nusantara. Bahkan, beberapa penelitian dan pandangan budayawan menyebutkan bahwa kitab ini sebenarnya ditulis di Lombok sebelum akhirnya kembali ke Jawa dan berujung di Belanda.

Lombok sering dijuluki sebagai “Indonesia Kecil”, karena letaknya yang berada di tengah-tengah kepulauan Nusantara serta keanekaragaman etnis dan budayanya yang mencerminkan Indonesia dalam skala lebih kecil. Penemuan Negarakertagama di Lombok semakin menguatkan posisi pulau ini sebagai pusat kebudayaan dan intelektual di masa lampau.

Negarakertagama: Jejak Kejayaan Majapahit yang Berawal dari Lombok
Negarakertagama, atau Desawarnana, adalah kakawin yang ditulis oleh Mpu Prapañca pada tahun 1365 Masehi. Kitab ini dianggap sebagai salah satu sumber utama dalam memahami struktur pemerintahan, kebijakan ekspansi, hubungan diplomatik, serta budaya dan agama di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Namun, ada versi berbeda yang disampaikan oleh Budayawan Lombok, Almarhum Drs. H. Lalu Anggawa Nuraksi, yang menyebut bahwa Negarakertagama sebenarnya ditulis di Lombok.
“Negarakertagama memang ditulis di Lombok. Orang-orang tahu tentang kitab ini ‘kan setelah ditemukan di Lombok, kemudian banyak disalin,” kata Anggawa ditemui di kediamannya pada 2020 silam.
Menurutnya, kedatangan Mpu Prapanca ke Lombok bukanlah kebetulan. Ia menuturkan bahwa Prapanca diutus ke Lombok oleh Raja Hayam Wuruk untuk mempelajari Undang-Undang Kedatuan Selaparang, yang pada masa itu sudah memiliki konstitusi sendiri bernama Kotaragama.
“Di seluruh Nusantara belum ada satu pun kerajaan yang memiliki UUD sendiri, kecuali di Lombok. Kedatuan Selaparang saat itu sudah punya UUD, bernama Kotaragama. Kedatangan Empu Prapanca menunaikan titah sang raja untuk berguru di Lombok,” ungkapnya.

Perjalanan Empu Prapanca ke Lombok dan Perjanjian Punang
Menurut Lalu Anggawa, Mpu Prapanca diantar oleh Panglima Angkatan Laut Majapahit ke Lombok atas perintah Raja Hayam Wuruk. Sang raja, dalam pertimbangan spiritualnya, sering melihat pancaran biru di timur Bali, yang kemudian diyakini sebagai Lombok.
Selama hampir tiga setengah tahun, Prapanca tinggal di Lombok dan mulai menulis Negarakertagama. Saat hendak kembali ke Majapahit, ia membawa oleh-oleh berupa naskah perjanjian antara Kerajaan Majapahit dengan Kedatuan Selaparang, yang dikenal sebagai Perjanjian Punang.
Perjanjian ini berisi tiga kesepakatan utama:
- Majapahit dan Kedatuan Selaparang akan mengadakan pertukaran cendekiawan.
- Majapahit dan Kedatuan Selaparang akan saling membantu dalam pembangunan dan keamanan.
- Dalam setiap acara kenegaraan, kedua pemerintahan akan saling mendampingi.
“Itu berarti Kedatuan Selaparang saat itu peradabannya tinggi. Namun, Perjanjian Punang tak pernah diangkat sama sekali,” tegas Anggawa.

Negarakertagama Tidak Dibawa ke Majapahit, Melainkan Dititipkan di Lombok
Menariknya, menurut Anggawa, Mpu Prapanca tidak membawa naskah Negarakertagama kembali ke Majapahit. Kitab ini dititipkan di Kedatuan Selaparang. Namun, setelah Majapahit runtuh, Prapanca tidak pernah kembali.
Selaparang kemudian diserang oleh Bali, dan kitab ini ditemukan oleh pasukan Bali lalu dibawa ke Puri Cakranegara. Saat Belanda menyerang Lombok pada tahun 1894, kitab ini akhirnya dibawa ke Belanda dan disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dengan kode L Or 5.023.
“Ada 3.375 kitab kuno Lombok yang ada di Belanda, dibawa setelah penyerangan tersebut,” ungkap Anggawa.

Kembalinya Negarakertagama ke Indonesia dan Pengakuan Dunia
Pada tahun 1973, dalam kunjungan kenegaraan Ratu Juliana ke Indonesia, naskah Negarakertagama dikembalikan ke tanah air. Saat ini, naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode NB 9.
Pada tahun 2008, UNESCO menetapkan Negarakertagama sebagai Memory of the World, yang menegaskan bahwa naskah ini memiliki nilai sejarah universal yang sangat penting.
Namun, di balik semua pengakuan tersebut, Lombok tetap menjadi bagian yang terlupakan dalam narasi sejarah resmi. Padahal, tanpa Lombok, kitab ini mungkin tidak akan pernah ditemukan dan dikenali dunia.

Lombok: Penjaga Sejarah Nusantara
Dengan ditemukannya Negarakertagama di Lombok, semakin jelas bahwa pulau ini memegang peran penting dalam sejarah Nusantara.
Lombok bukan hanya tentang pantai eksotis dan Gunung Rinjani, tetapi juga tentang jejak kejayaan Majapahit yang tersimpan dalam naskah kuno. Pulau ini bukan sekadar tempat transit dalam perjalanan sejarah, tetapi pusat peradaban yang turut menjaga warisan leluhur bangsa.
Masyarakat Lombok patut bangga, karena tanpa tanah ini, dunia mungkin tak akan pernah mengenal Negarakertagama. Sejarah mencatat bahwa Lombok adalah pelindung memori kejayaan Nusantara.
“Lombok bukan hanya pulau di tengah Indonesia, tetapi juga penyelamat ingatan kejayaan Nusantara.”
(red.)