kicknews.today – Nama beliau ialah Lalu Muhammad Rais yang kemudian dikenal dengan nama Tuan Guru Haji Ali Batu yang bersal dari Sakra Lombok Timur. Dinamakan demikian kerena jari telunjuknya yang membatu sebagai lambang kesaktian dan kekebalan beliau seperti batu. Demikian disampaiakan dalam buku kumpulan biografi tokoh di Lombok terbitan KSU yang bekerjasama dengan Pusat Studi dan Kajian Budaya (2012).
Dalam buku yang ditulis bersama oleh H Sudirman S.Pd, Bahrie S.Pd dan Lalu Ratmaja S.Pd itu dikisahkan mengenai sosok Mursyid Tariqot Naqsabandiyah itu.

Kala itu Tuan Guru Lalu Muhammad Rais berhajat untuk pergi naik haji ke Makkah. Saat itu belum ada kapal yang akan dipergunakan berangkat naik haji. Beliau kemudian menggunakan sebuah rakit dari kayu. Dalam pelayaran di Laut Segatrah, tiba-tiba rakitnya hampir rusak kemudian terdampar di sebuah tanjung. Beliau beristirahat di sebuah pohon mangga yang daunnya menaungi wilayah yang sangat luas termasuk sampai ke lautan.
Saat sedang beristirahat itu, tiba-tiba jatuh buah mannga yang sangat besar. Guru Rais terkejut dan memakan buah mangga tersebut lalu melihat ke atas, dan ternyata ada seekor burung (burung garuda) yang memiliki tanduk di kakinya.
Guru Rais kemudian memanjat pohon itu dan berusaha meraih garuda tersebut. Selanjutnya beliau menunggang di salah satu tanduk kakinya. Burung Garuda itupun terbang sampai di pinggir hutan perkampungan orang-orang badui. Burung itu melihat seekor binatang, lalu turun menyambarnya. Kesempatan itu digunakan Guru Rais untuk terjun dan turun dari tanduk kaki garuda.
Beberapa saat kemudian, beliau melihat sebuah sungai yang sangat aneh. Setiap benda yang jatuh ke air sungai itu selalu berubah menjadi batu. Guru Rais tercengang dan ingin membuktikan fenomena yang dilihat itu. Beliau mencelupkan ujung jari telunjuknya yang kemudian tiba-tiba mengeras.
Secepat itu beliau menarik telunjuknya yang ujungnya sudah menghitam dan mengeras seperti batu. Itulah sebabnya beliau disebut sebagai Tuan Guru Haji Ali Batu.
Perjalanan selanjutnya beliau berjumpa dengan seorang Badui berbahasa arab. Guru Rais menyebut-nyebut istilah haji di hadapan orang tersebut sehingga dipahami maksud dan tujuannya yaitu ingin berhaji. Beliau kemudian dibimbing dan ditunjukan arah menuju kota Makkah.
Tuan Guru Haji Ali Batu yang juga dikenal sebagai Tuan Guru Ilang Sabil adalah seorang ulama tariqoh aliran Naqsabandiyah yang mempunyai murid sangat banyak, baik dari pulau Lombok maupun dari luar pulau Lombok.
Semasa hidupnya beliau banyak berjuang untuk membebaskan negerinya dari belenggu penjajah. Hubungannya dengan kerajaan Bali di Lombok sempat harmonis. Bahkan beliau dianggap sebagai paman atau kakak oleh penguasa Bali waktu itu.
Persahabatan antara orang Sasak Islam dengan orang Bali Hindu terjalin dengan baik, antara lain Mamiq Nursasih, Mamiq Kertawang dan Tuan Guru Haji Ali Batu dari pihak Sasak; Gusti Ketut Gosa dan Gusti Komang Pengsong dari pihak kerajaan bali. Bahkan diceritakan bahwa Mamiq Nursasih mengangkat saudara dengan Gusti Ketut Gosa yang ditandai dengan pertukaran keris pusaka masing-masing.
Persahabatan ini memberi warna tersendiri . Terdengar kabar bahwa secara diam-diam Gusti Ketut Gosa sudah diislamkan oleh Tuan Guru Haji Ali Batu, dan selanjutnya Gusti Ketut Gosa menerima azimat untuk menambah kekebalannya, terutama bila menghadapi sesamanya.
Bersambung….