Kisah pria di Lombok, pemburu kopi Rinjani dan Tambora hingga pilih pensiun dari PNS

kicknews.today – Qwadru Putro Wicaksono kerap blusukan, mencari dan menemukan cita rasa kopi yang berkualitas di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria 54 tahun ini sering menjelajahi kebun kopi masyarakat di Pulau Lombok seperti Timbanuh, Joben, Bornong, Pringga Jurang, Aikmel Utara, TeteBatu, Sapit, Sajang, dan Sembalun, Sumbawa hingga kaki gunung Tambora.

Enam tahun lebih, Qwadru telah mengeksplorasi tanah-tanah tempat tumbuhnya pohon kopi. Dari ujung barat, sampai ujung Timur NTB. Dari sanalah ia menjumpai potensi pengembangan kopi yang cukup besar di NTB.

Salah satu yang menarik kata dia, di kawasan kopi di Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. Dalam penjelajahannya di kaki Tambora ia menemukan kawasan kopi bekas penjajahan Belanda. Yakni, kopi khas aroma nangka.

Di NTB kata dia, jejak-jejak penjajahan juga masih tersimpan sejarahnya di sebuah kawasan di desa tersebut. Desa itu juga potensial sebagai daerah penghasil kopi kualitas dunia.

Dari sejarahnya, dulu Belanda katanya, membuat kawasan khusus untuk kopi dengan petani dan penikmatnya juga tak sembarangan. Bekas-bekas gudang kopi dan peralatan sisa penjajahan Belanda juga masih bisa dijumpai di wilayah tersebut. Sebagai bukti sejarah, NTB dulu dijajah karena untuk dikuasai kopinya.

“Bicara kopi, berarti bicara tentang Dunia. Karena hampir seluruh penjuru negeri, kopi bukanlah komoditas asing. Kopi bahkan telah menjadi komoditas penting bagi suatu negara hingga melakukan penjajahan kepada bangsa lain,” kata Qwadru.

Dari hal tersebut, pria kelahiran Mataram itu memulai penjelajahan mencari cita rasa kopi pada 2016. Ia memulai karir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun, memilih pensiun dini  pada tahun 2008. Ia memilih beralih profesi menjadi fotografer, sambil motret dan tertarik untuk eksplore kopi di NTB.

Selain fotografer, kini Qwadru yang dikenal sebagai pakar kopi tersebut juga membuat kedai kopi kecil-kecilan di kawasan rumahnya. Mengumpulkan berbagai citra rasa kopi yang ada di NTB sebagai bentuk kecintaan terhadap kopi.

“Menjelajahi cita rasa kopi berawal dari saya tidak ngopi. Kemudian saya belajar minum kopi dan merasakan setiap rasa pada kopi,” ujar bapak satu anak itu.

Qwadru mengaku, telah mencicipi berbagai cita rasa kopi di NTB dan beberapa jenis kopi dari Robusta, Arabika, Liberika hingga Ekselsa.

Setiap varietas kopi menurutnya, memiliki karakter rasa yang berbeda. Dari cara proses pasca panen saja bisa mengubah cita rasa. Termasuk cara roasting juga akan mempengaruhi efek rasa dan aroma yang berbeda.

“Sama halnya seperti empat macam rasa kopi seperti Robusta, Arabika, Liberika hingga Ekselsa. Jika salah proses kita tidak menemukan sensasi yang menarik,” katanya.

Memilih kopi berkualitas kata dia, tidak mudah. Perlu mendatangi langsung kebun kopi, mengobrol langsung dengan petani untuk memastikan proses-proses yang dilakukan dengan benar sehingga menghasilkan biji kopi berkualitas.

Hanya saja yang masih disayangkan, dari puluhan kopi yang ada di NTB justru belum menasional. Bahkan yang merajai di Lombok adalah kopi-kopi sachetan yang bahan bakunya entah didatangkan dari mana. “Ini yang masih kita perjuangkan bersama, agar kopi-kopi khas daerah di NTB bisa tembus pasar nasional hingga dunia,” katanya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI