Kisah pilu 1 keluarga di Lombok Timur, tinggal di gubuk nyaris ambruk

Kondisi rumah Suhni, warga di Desa Waringin, Lombok Timur.

kicknews.today — Kisah memilukan datang dari Dusun di Desa Waringin, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Pasangan suami istri dan dua orang anak terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni, bangunan berdinding bedek (anyaman bambu) yang nyaris ambruk dan jauh dari kata nyaman.

Rumah berukuran kecil itu hanya memiliki satu ruangan yang berfungsi sebagai tempat tidur sekaligus ruang keluarga. Tidak ada dapur, kamar mandi, apalagi fasilitas sanitasi yang memadai. Atap rumah pun tampak rapuh dan nyaris roboh, membuat penghuni rumah was-was setiap kali hujan turun atau angin kencang menerpa.

Meski telah puluhan tahun menjadi warga Desa Waringin, keluarga ini belum pernah menerima bantuan program perbaikan rumah dari pemerintah desa, pemerintah kabupaten, maupun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ironisnya, menurut pengakuan warga, beberapa kali pihak desa datang mengambil dokumentasi rumah dengan janji akan mengusulkan bantuan perbaikan. Namun, bantuan tersebut tak kunjung datang hingga hari ini.

”Sudah bosan kita lihat orang datang ke rumah cuma buat foto-foto. Entah sudah berapa kali difoto, mungkin numpuk dokumentasinya di kantor desa,” keluh Suhni, warga pemilik rumah pada Senin (16/6/25).

Kondisi ini juga menyoroti belum meratanya penyaluran bantuan sosial untuk rumah tidak layak huni (RTLH) di wilayah Lombok Timur, khususnya di Desa Waringin. 

Padahal, program-program pemerintah pusat dan daerah seperti BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya), maupun,Rehab RTLH dari Dinas Sosial kerap digaungkan dalam berbagai kesempatan.

Warga setempat berharap, kisah nyata seperti yang dialami keluarga Suhni bisa segera mendapatkan perhatian serius dari pemangku kebijakan.

Kepala Desa Waringin, Asikin membenarkan hal tersebut, namun pihak nya mengatakan warga nya bernama Suhni pernah mendapatkan bantuan bedah rumah yang merupakan program dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2010 lalu. Namun, Asikin katakan program tersebut tidak 100 persen diberikan bantuan. Melainkan ada swadaya dari penerima manfaat. 

Warganya kata dia, belum mampu memenuhi atau mencukupi bantuan yang diberikan sehingga warga tersebut hingga kini masih menunggu uluran bantuan. 

”Maka dari itu bantuan tersebut kami alihkan ke yang mampu, karena bantuan rumah layak huni itu dana nya tidak 100 persen diberikan melainkan harus dicukupi sama yang menerima bantuan itu, tapi tetap saya memperhatikan warga-warga saya yang belum mendapatkan bantuan rumah bedah,” pungkas nya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI