Kereta gantung Rinjani mulai akan dibangun, Juru Kunci: Hati-hati..! Gunung sudah bergerak

kicknews.today – Pembangunan kereta gantung di Rinjani di Pulau Lombok dipastikan dikerjakan tahun 2023. Bahkan PT Indonesia Lombok Resort (ILT) milik investor asal Tiongkok, tengah menyusun detail engineering design (DED) dan studi kelayakan kereta gantung Rinjani.

Hanya saja, pembangunan kereta gantung kini masih menuai pro-kontra di tengah masyarakat terutama yang terdampak langsung di kaki Gunung Rinjani. Termasuk pemelihara adat dan juru kunci Gunung Rinjani, Kiyai Sayidina Muhammad mengaku tidak setuju dengan pembangunan kereta gantung Rinjani.

Menurutnya, pembangunan itu justru akan semakin menambah kerusakan alam di Gunung Rinjani. Apalagi kondisi Rinjani sekarang sudah sangat memprihatinkan dengan sampah yang bertebaran dan menumpuk.

“Kebijakan seperti ini harus hati-hati. Masalahnya saat ini gunung sudah bergerak semua, termasuk Rinjani,” kata Kiyai Haedi.

Status gunung Rinjani saat ini kata Kiyai Haedi saat ini masih aktif. Kondisi danau saat ini tersisa 40 persen, sedangkan 60 persen lain sudah menjadi daratan.

“Danau ini jadi radiator atau pendingin, kalau danau jadi daratan, Rinjani akan meletus lagi. Jangan bilang Rinjani tidak aktif,” ungkapnya.

Kiyai Haedi mengaku, sama sekali tidak sepakat dengan pembangunan kereta gantung tersebut. Menurutnya, jangan pandang bahwa gunung tidak bernyawa. Ini yang menyebabkan manusia memutus silaturahmi dan bermusuhan dengan alam, sehingga alam murka.

“Justru manusia harus tetap menjaga hubungan silaturahim sama alam dengan cara menjaga kelestariannya. Hablum Minal alam yakni, hubungan antara manusia dan alam. Kami juga tidak bisa mengkhianati leluhur dan para kyai yang berjuang menjaga alam Rinjani,” katanya.

Selama ini, pihaknya juga tidak pernah dilibatkan dalam rencana pembangunan tersebut. Bahkan mereka sudah menyurati TNGR untuk upacara ritual pembersihan dan bersih sampah di Rinjani, kesannya tidak dianggap penting.

“Kami tidak pernah diakui dan kami juga tidak perlu ada pengakuan, karena ini sudah menjadi hukum adat dan alam yang sudah turun temurun. Mau diakui atau tidak ini sudah warisan leluhur,” katanya.

Pembangunan kereta gantung Rinjani masih menuai perbedaan pendapat di masyarakat Sembalun. Sebagian masyarakat menganggap kereta gantung akan mematikan usaha para porter dan tukang ojek.

“Ada juga yang mendukung, karena menganggap itu terobosan yang luar biasa untuk perkembangan daerah,” kata Kepala Resor Sembalun Balai Taman Nasional Rinjani, Taufik beberapa waktu lalu.

Pembangunan kereta gantung kata Taufik, memang berada diluar kawasan Taman Nasional, yakni di Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah. Meski demikian, tetap menuai pro kontra di masyarakat wilayah Sembalun.

“Paling banyak yang kontra. Sebagian besar masyarakat, terutama para ojek dan porter tetap menganggap hal itu akan mematikan usaha mereka,” kata Taufik saat ditemui di savana Bawak Nao, Desa Sajang Kecamatan Sembalun.

Sementara, Mitranom seorang ojek asal Sajang Sembalun mengaku, tidak mendukung dengan rencana pembangunan kereta gantung Rinjani. Meski bukan di Sembalun, kereta gantung tentu akan mempengaruhi pendapatan mereka.

“Pendaki yang biasa naik ojek di sini, pasti akan memilih pakai kereta gantung,” katanya.

Selain itu, minat pendaki mendaki melalui Sajang Sembalun tentunya juga akan berkurang. Para pendaki tentunya akan memilih kereta gantung, karena lebih praktis dan modern.

“Saya rasa itu akan merugikan bagi kami yang sehari-hari bekerja sebagai ojek,” aku Mitranom.

Berbeda dikatakan warga lain, Wildan. Dia justru mendukung dengan terobosan itu, walaupun akan berdampak pada pekerja ojek dan porter.

“Saya ambil positifnya saja. Seandainya itu diadakan tentu akan menarik minat wisatawan dunia,” katanya.

Kereta gantung juga memudahkan proses evakuasi jika ada pendaki yang sakit. Kemudian, bisa menjadi alat angkut sampah-sampah puncak Rinjani.

“Pastinya di pos 2 bisa menjadi lokasi usaha bagi masyarakat. Seperti jual kebutuhan para pendaki,” pungkasnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI