kicknews.today – Pembangunan kereta gantung Rinjani masih menjadi pro kontra di tengah masyarakat. Bahkan pemelihara adat dan juru kunci Rinjani, Kiyai Sayidina Muhammad dengan tegas menolak pembangunan bernilai triliunan itu.
“Kereta gantung Rinjani ini tentu akan menghilangkan nilai kesakralan gunung, alam semakin rusak dan dikotori,” ungkap juru kunci yang sudah menjaga Rinjani sejak 2009 ini.

Keindahan Rinjani kata Kiyai Muhammad terbentuk secara alami, sehingga tidak perlu lagi dipoles. Selain itu, Rinjani adalah gunung sakral yang sarat sejarah dan makna kehidupan turun temurun bagi manusia Sasak.
“Gunung Rinjani sudah sangat banyak memberikan keindahan bagi kehidupan manusia. Tapi sepertinya Rinjani tidak akan cukup kuat untuk menampung keserakahan manusia jika terus-terusan dikotori,” katanya.
Gunung Rinjani pada 1444 Hijriah, dia melihat bagaimana manusia seharusnya memperlakukan alam dengan penuh tanggungjawab. Baik terhadap alam semesta seluruhnya maupun kelestariannya.
“Namun, adanya pembangunan itu seolah merusak kesakralannya. Karena memang, setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan dengan tujuannya masing-masing dan diatur oleh hukum adat hukum alam, hukum kehidupan,” ujarnya.
Oleh karena itu kata dia, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab untuk menjaga dan menyayangi serta untuk tidak menyakiti alam semesta sebagaimana menjaga ibu bapak mereka.
“Kecuali ia adalah anak-anak yang ingkar, dan sungguh azab Allah itu sangatlah pedih,” ujar Kiyai.
Hanya saja dilanjutkan dia, dibangunnya kereta gantung Rinjani apakah wajah alam akan tetap bertahan dengan keasliannya? Apakah gunung yang mereka jaga dengan ritual dan doa-doa sakral mau menerima keinginan manusia ini? Bagaimana jika hal-hal tidak diinginkan bisa saja terjadi seperti bencana-bencana alam di tubuh gunung Rinjani sendiri? Lalu siapa yang akan bertanggung jawab pada umat yang banyak yang hidup di sekitar Gunung Rinjani kedepannya?.
“Apakah kemauan manusia untuk mengubah wajah dan tubuh alam gunung Rinjani itu sama dengan tidak akan mendzolimi alamnya sendiri. Maka tidak akan mengubah kemungkinan alam akan melahirkan kesedihan bagi banyak penghuninya, akan banyak kesedihan yang akan menimpa umat khususnya Lombok jikalau gunung Rinjani diganggu,” cetusnya.
Kendati demikian, harus diingat Gunung Rinjani itu pasak alam semesta letaknya di tengah -tengah pulau Lombok. Disana sumber mata air bagi kehidupan masyarakat Lombok, dan sumber api yang dapat membahayakan setiap penghuninya,
“Jika kita tak peduli dengan hablum minal alam, hubungan manusia dengan alam, saling menjaga kelestariannya, maka jangan heran ketika alam marah,” katanya.
Dia memperingatkan agar jangan sampai kondisi Rinjani kedepan sama seperti tahun 2015. Aktivitas letusan gunung baru danau segara anak dikhawatirkan tinggal menghitung minggu akan meletus menurut prediksi spiritual para pemangku adat. Kabar tersebut sempat mereka sampaikan ke pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), namun kata pihak TNGR tetap mengacu pada teknologi alat pemantau. Gunung tersebut masih tinggal lima sampai tujuh tahunan untuk beraktivitas.
“Iya kami bilang, lihat saja. Apa yang diinginkan alam. Karena tidak semua alat teknologi dan ilmu pengetahuan manusia dapat mengatur gerakan alam. Nyatanya seminggu kemudian gunung meletus,” pungkas Kiyai. (cit)