‘Jasa Haram’ Pesan Skor Sepak Bola dan Pelajaran Untuk Porprov NTB

Oleh: Indra Jaya Usman

Mafia pengaturan skor dalam permainan sepak bola di negeri ini sudah menjadi kabar yang tak asing lagi terdengar beredar di berbagai kalangan. Bahkan sampai tertulis diberbagai media, bahwa Erick Tohir yang baru beberapa hari terpilih sebagai Ketua PSSI, Menjadikan upaya memberantas mafia pengaturan skor tersebut sebagai salah satu prioritas utama dalam program kerjanya untuk memperbaiki iklim sepak bola dalam negeri.

Iklim tak sehat dalam dunia sepak bola ini, sepertinya bisa tumbuh subur akibat adanya sejumlah pihak yang rela menempuh segala cara untuk meraih kemenangan. Syahwat untuk memuaskan birahi kebanggaan dalam merebut posisi tertinggi dalam kompetisi yang dinilai bergengsi itu, menjadikan para penyedia “jasa haram” pengaturan skor sangat berpeluang mendapat asupan ‘pupuk’ yang melimpah. Tanpa mempedulikan asal ‘pupuk’ yang didapatkan. Tidak juga peduli dengan dampak yang mungkin ditimbulkannya.

Nama besar negeri ini yang sudah tak terdengar lagi di kancah pertandingan berkelas internasional dalam dunia sepak bola, mungkin menjadi salah satu dampak nyata yang saat ini menjadi hukuman dari besarnya dosa pengaturan skor sepak bola tersebut. Hukuman yang tak hanya menampar wajah para pelaku bola dalam negeri, namun juga menindih kepala seluruh anak bangsa di negeri ini.

Menurut saya pribadi, wajah suram dunia olahraga dalam negeri ini tak hanya tampak menyelimuti sepak bola saja. Beberapa cabang olahraga lain pun menderita penyakit serupa. Iklim pola persaingan tak sehat dalam berbagai jenjang pertandingan di sejumlah Cabang Olahraga (Cabor), sudah tidak lagi membuat kita kaget saat harus menghadapinya.

Sebagai salah seorang ketua Cabor di NTB, tentu saya mendapat ruang akses untuk bisa menyerap berbagai bentuk informasi terkait iklim olahraga. Baik yang berkaitan dengan Cabor yang saya nahkodai, maupun Cabor yang lainnya. Baik yang berskala provinsi maupun info tentang kondisi iklim olahraga yang lebih luas lagi.

Banyak informasi yang saya dapatkan membuat saya sedikit banyak mengerti, penyebab kemunduran prestasi olahraga kita menjadi sering terjadi. Baik dalam sekala kompetisi nasional untuk provinsi ini, maupun dalam skala internasional untuk bangsa kita. Meski tidak sedikit juga prestasi sehat yang membanggakan yang telah berhasil ditorehkan.

Iklim tak sehat pada kompetisi tingkat pusat yang diantaranya terindikasi terjadi di PSSI. Salah satu penyebabnya kemungkinan adalah praktik haram pengaturan skor. Praktik haram yang seperti membolehkan tindakan melanggar aturan dan tata tertib serta etika pertandingan, yang jelas akan berdampak buruk bagi mental pemain dan semua pihak terkait. Dampak terakhir akan berwujud nyata pada capaian prestasi di tingkat yang lebih tinggi.

Sepakbola Indonesia menjadi tak bergigi pada level internasional. Kondisi yang sama bisa saja terjadi bukan hanya pada dunia sepakbola, tapi juga bisa terjadi di sejumlah Cabor lain yang selalu dipertandingkan secara nasional dalam PON atau event yang sederajat.

Maksud saya adalah, pelanggaran terhadap, tata tertib dan etika dalam pertandingan. Tidak bisa tidak, pasti akan berdampak panjang pada mental atlet. Sudah sangat pasti juga akan berdampak tidak baik untuk capaian prestasi di tingkat berikutnya. Pelanggaran aturan, tata tertib dan etika pada kompetisi tingkat Kabupaten kota, akan berpengaruh buruk pada capaian prestasi pada kompetisi di tingkat provinsi. Pelanggaran pada tingkat provinsi akan berdampak negatif pada perolehan prestasi di tingkat pusat dan begitu seterusnya.

Porprov NTB ke-11 tahun ini bisa saja akan menjadi ajang perebutan tak sehat untuk meraih prestasi, yang banyak mengutamakan pemuasan syahwat kebanggaan sektoral semata. Sehingga mungkin juga akan dijadikan lahan empuk bagi para mafia olahraga untuk memuaskan rasa haus mereka terhadap godaan sempit duniawi.

Sejauh ini kita masih bisa menaruh harapan besar pada cantiknya prestasi NTB di dunia olahraga nasional. Setelah meraih posisi ke-9 pada PON XX Papua tahun lalu. Namun rasanya kita kembali harus wasapada dengan potensi tak bertahannya pencapaian prestasi tersebut. Akibat adanya indikasi dan rumor ketidak patuhan beberapa pihak terhadap aturan, tatib dan atau kode etik pada penyelenggaraan Porprov ke-11 yang sekarang tengah berlangsung ini.

Diantara bentuk pelanggaran yang sepertinya lumrah dipraktekkan adalah keberadaan atlit dari suatu daerah, yang tampil untuk membela daerah lainnya. Hal ini tentu bisa bermuara pada menipisnya semangat kedaerahan dalam jiwa atlet dan tim pendukungnya. Dalam tahap lanjut akan sangat mungkin terjadi kembali pada jenjang berikutnya.

Ketidak patuhan tersebut akan sangat berpeluang memberi efek buruk pada mental sebagian atlet dan para tokoh olahraga NTB lainnya, yang menjadi ujung tombak capaian prestasi kedepan. Baik untuk skala nasional maupun internasional.

Penulis ialah politisi Partai Demokrat di Nusa Tenggara Barat
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI