kicknews.today – Suasana mencekam menyelimuti sejumlah kota di Israel setelah Iran meluncurkan serangan balasan besar-besaran, Minggu malam (23/6/2025), sebagai respons atas gempuran udara Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Rentetan rudal dan drone yang ditembakkan Iran menghantam kawasan padat penduduk di Tel Aviv, Haifa, hingga Beersheba, menyebabkan puluhan korban jiwa dan memaksa ribuan warga mengungsi ke tempat perlindungan darurat.
Kementerian Kesehatan Israel menyatakan sedikitnya 24 orang tewas dan lebih dari 400 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. Di Beersheba, sebuah rumah sakit dilaporkan rusak akibat hantaman langsung rudal jarak menengah, sementara sistem kelistrikan dan layanan darurat di beberapa kota sempat lumpuh selama berjam-jam.

Ketegangan yang meningkat ini membuat warga Israel harus beradaptasi cepat dengan situasi darurat. Salah satu tempat perlindungan yang paling mencolok adalah Stasiun Kereta Ramat Gan di Tel Aviv. Ruang bawah tanah stasiun kini disulap menjadi tempat bermalam massal, di mana warga datang membawa kasur tiup, makanan ringan, dan bahkan hewan peliharaan untuk bertahan hidup. Gambar-gambar dari lokasi menunjukkan orang tua dan anak-anak tidur berjejer di lantai, beberapa dari mereka masih mengenakan pakaian kerja, sementara sirene serangan udara terus berbunyi setiap beberapa jam.
Siaran langsung dari Tel Aviv oleh CNN memperlihatkan bagaimana jurnalis Anderson Cooper terpaksa menghentikan laporannya untuk segera menuju bunker saat peringatan serangan udara berbunyi. “Kami harus segera pergi,” ucap Cooper sambil berlari cepat menuju ruang perlindungan, dalam tayangan yang disiarkan ke seluruh dunia.
Di tengah suasana yang semakin genting, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata mulai malam tanggal 23 Juni. Menurut pernyataan Trump, gencatan senjata dimulai dengan Iran yang terlebih dahulu menghentikan serangan, diikuti Israel beberapa jam kemudian. Namun laporan dari lapangan menunjukkan bahwa beberapa serangan tetap terjadi setelah pengumuman tersebut, termasuk hantaman rudal ke kota Beersheba yang menimbulkan korban baru.
Meski secara politik langkah gencatan senjata dianggap sebagai kemajuan, situasi di lapangan masih jauh dari stabil. Warga Israel dilaporkan mengalami tekanan psikologis tinggi akibat terus-menerus dihantui suara sirene dan ledakan. Sejumlah layanan konseling darurat dibuka di tempat-tempat perlindungan, menyusul laporan meningkatnya gangguan kecemasan, terutama pada anak-anak.
Seorang ibu dua anak yang diwawancarai media lokal menyatakan ini adalah pertama kalinya ia dan keluarganya tidur di stasiun kereta. “Kami belum pernah tidur di tempat seperti ini. Ini bukan hanya soal perang, ini tentang rasa aman yang tiba-tiba hilang,” ujarnya.
Sementara situasi terus berkembang, pemerintah Israel tetap dalam status siaga tinggi, mengantisipasi kemungkinan serangan susulan baik dari Iran langsung maupun dari kelompok-kelompok proksi seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi di Suriah. Ketegangan kawasan belum benar-benar reda, dan meskipun ada upaya diplomatik untuk meredam konflik, rasa takut dan kecemasan telah lebih dulu membentuk wajah baru kehidupan sehari-hari warga Israel. (red.)