Ini penyebab Lombok sering diguncang Gempa Bumi

kicknews.today – Berdasarkan aktivitas kegempaan atau seismisitas Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terlihat banyak sebaran titik episenter. Inilah yang menjadi salah satu penyebab di Lombok sering terjadi aktivitas gempa.

Hal itu disampaikan, Kepala BMKH Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi, saat dikonfirmasi, Sabtu (17/04).

“Dari sebaran seismitas ini pun cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Lombok memang rawan gempa,” kata Ardhianto Septiadhi saat dihubungi kicknews.today.

Penyebab lain menjadikan Lombok daerah yang sering diguncang gempa ialah, terdapat sumber-sumber gempa aktif terutama gempa bumi tektonik.

Ardhianto menjelaskan, di selatan pulau terdapat zona subduksi atau pertemuan lempeng, sementara di utara ada back arc thrust atau zona patahan naik busur belakang lalu ditambah dengan sesar lokal.

“Ini sebabnya, daerah kita memang secara tektonik merupakan daerah aktif gempa bumi, Sesar naik ini jalurnya memanjang dari laut Bali ke timur hingga Laut Flores. Sehingga tidak heran jika Lombok memang rawan gempa karena jalur Sesar naik Flores ini sangat dekat dengan Pulau Lombok,” terangnya.

BMKG pun mencatat dari Januari-Februari total ada 742 kejadian, jika melihat grafik rata-rata terjadi di NTB. sedangkan di bulan Maret 435, akan tetapi di dominasi gempa bumi kekuatan kecil, dengan magnitudo kurang dari 3 dan kedalaman dangkal.

Adapun sejarah gempa bumi besar yang dicatat BMKG diantaranya.

(1) Gempa dan tsunami Labuantereng, Lombok 25 Juli 1856,
(2) Gempa Lombok 10 April 1978 M=6,7 (banyak rumah rusak)
(3) Gempa Lombok 21 Mei 1979 M=5,7 (banyak rumah rusak)
(4) Gempa Lombok 20 Oktober 1979 M=6,0 (banyak rumah rusak)
(5) Gempa Lombok 30 Mei 1979 M= 6,1 (banyak rumah rusak dan 37 orang meninggal)
(6) Gempa Lombok 1 Januari 2000 M= 6,1 (2.000 rumah rusak)
(7) Gempa Lombok 22 Juni 2013 M=5,4 (banyak rumah rusak)
(8) Gempa Bumi Lombok 5 Agustus 2018 M=6,9 (banyak rumah rusak).

Kondisi alam semacam ini merupakan sesuatu yang harus diterima, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik.

“Jalan keluarnya, kita harus terus meningkatkan kapasitas dalam memahami ilmu gempa bumi, cara selamat menghadapi gempa dan bagaimana memitigasi gempa bumi, agar kita selamat dan dapat hidup harmoni dengan alam,” ujarnya. (Nur)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI