Indonesia Resmi alami Resesi, apa dampaknya untuk NTB?

kicknews.today – Indonesia resmi mengalami resesi seperti yang sudah dialami berbagai negara yang terdampak COVID-19, karena selama dua triwulan berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 mengalami kontraksi 3,49 persen (yoy).

Lantas apa dampaknya untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat?

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, perekonomian NTB pada triwulan III-2020 dibandingkan triwulan III-2019 (y on y) mengalami kontraksi 1,11 persen. Kontraksi pertumbuhan tersebut disebabkan oleh masih terkontraksinya berbagai kategori lapangan usaha akibat adanya pandemi Covid 19 sepanjang Triwulan III 2020.

Kontraksi terdalam dialami Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 38,49 persen; diikuti Kategori Transportasi dan Pergudangan yang terkontraksi 38,41 persen; dan Kategori Konstruksi yang terkontraksi 14,11 persen.

Adapun Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 40,32 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tanpa pertambangan bijih logam pada triwulan III-2020 (y on y) mengalami kontraksi sebesar 6,65 persen.

Meskipun sempat terpuruk, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dengan konsep adaptasi kebiasan baru, perekonomian NTB mulai meningkat pada Triwulan III 2020. Hal ini terlihat dari, jumlah penumpang angkutan udara pada Triwulan III 2020 mengalami peningkatan setelah menurun cukup tajam pada Triwulan II 2020.

Kondisi tersebut berdampak positif sehingga sebanyak 14 (empat belas) dari total 17 (tujuh belas) kategori lapangan usaha yang ada mampu tumbuh pada Triwulan III 2020 dibandingkan Triwulan II 2020 (q to q).

Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara (q to q) mendorong pertumbuhan Kategori Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh 41,24 persen dan Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh 72,08 persen (q to q).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan III-2020 terhadap triwulan II-2020 diwarnai faktor musiman komoditas pengolahan tembakau pada Kategori Industri Pengolahan yang mampu tumbuh 41,73 persen.

Kategori lain yang mampu tumbuh adalah Kategori Konstruksi; Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi; dan Kategori Pengadaan Listrik dan Gas yang mampu tumbuh masing-masing 16,54 persen; 7,41 persen; dan 5,56 persen.

Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mampu tumbuh 5,40 persen dan Kategori Jasa Lainnya tumbuh 2,54 persen. Pertumbuhan Ekonomi NTB tanpa pertambangan bijih logam mencapai 3,43 persen pada Triwulan III 2020 (q to q).

Kemudian, sebanyak 9 (Sembilan) Kategori Lapangan Usaha masih mampu tumbuh dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 34,66 persen; diikuti Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 13,12 persen; dan Kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 12,53 persen.

Artinya, meskipun Indonesia alami resesi dan ekonomi NTB mengalami kontraksi. Namun, NTB masih menunjukkan optimistis pertumbuhan ekonominya. (red)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI