kicknews.today – Upaya mendampingi tumbuh kembang anak Down Syndrome semakin diperkuat di Lombok. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang NTB resmi meluncurkan Buku Kontrol & Pemantauan Anak Down Syndrome, sebuah inovasi baru yang digagas untuk membantu orang tua memantau perkembangan anak secara lebih tepat dan terarah.
Peluncuran buku ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Komunitas Sahabat Bermain Down Syndrome Lombok, dan menjadi terobosan pertama di wilayah NTB.

Sekretaris IDAI NTB dr. Titi Pambudi Karuniawati, SpA(K) menjelaskan bahwa buku ini merupakan bentuk nyata komitmen IDAI dalam mendampingi anak Down Syndrome sejak lahir hingga remaja.
“Anak Down Syndrome itu pertumbuhannya istimewa, perkembangannya juga istimewa, sehingga perlu dipantau dengan cara istimewa. Konsepnya seperti buku KIA, namun khusus untuk Down Syndrome,” jelas dr. Titi, Minggu (09/11/2025).
Buku tersebut dilengkapi kurva pertumbuhan khusus, checklist perkembangan, jadwal pemeriksaan medis, hingga panduan psikologis bagi orang tua.
“Buku KIA umum belum memfasilitasi kebutuhan anak dengan kondisi khusus seperti ini. Dengan buku ini, orang tua bisa ikut memantau, merasa didampingi dan tidak sendirian. Ada dokter, tenaga kesehatan, dan komunitas yang membersamai,” katanya.
Buku ini dirancang untuk anak usia 0–19 tahun dan diharapkan kelak berkembang menjadi seri khusus remaja dan dewasa Down Syndrome.
dr Widya Wasityastuti, PhD selaku orang tua anak down syndrom yang juga perwakilan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Yogyakarta, turut hadir memberikan dukungan dan menyebut buku ini sebagai pedoman penting.
“Ini sangat penting karena membantu orang tua terlibat aktif, bukan hanya bergantung pada tenaga kesehatan. Informasinya jelas, mudah dipahami, dan meluruskan stigma bahwa anak Down Syndrome tidak bisa berkembang,” ungkapnya.
Ia menilai, buku ini mempermudah orang tua memahami informasi medis yang selama ini banyak tersedia dalam bahasa asing.
Perwakilan Komunitas Sahabat Bermain Down Syndrome Lombok, KikiFitria Eka Nuraini (Kiki) menyampaikan bahwa buku ini menjawab kebutuhan paling dasar para orang tua.
“Banyak perbedaan kurva antara anak reguler dan anak Down Syndrome. Kadang anak kami dibilang gizi buruk padahal menurut kurva khusus masih normal. Buku ini sangat membantu, bahkan sampai hal sederhana seperti ukuran lingkar kepala,” ujarnya.
Kiki berharap buku ini ke depan dapat diintegrasikan dalam layanan puskesmas dan posyandu.
“Harapannya nanti buku ini dipakai juga di fasilitas layanan kesehatan, sehingga penilaian tumbuh kembang anak kami lebih tepat,” katanya.
Saat ini, Komunitas Sahabat Bermain Down Syndrome Lombok telah memiliki sekitar 50 anggota melalui WhatsApp Group dan terbuka untuk orang tua, dokter, terapis, serta pemerhati Down Syndrome.
“Kami ingin komunitas ini berkembang ke seluruh Lombok, agar semua keluarga yang memiliki anak Down Syndrome mendapat dukungan,” ungkap dr. Titi. (gii)


