kicknews.today – Harga tomat turun drastis di Lombok Timur. Bahkan penurunannya hingga belasan kali lipat. Sebelum, harga tomat dikisaran Rp 30 ribu kini turun jadi Rp2.500 per kilogram.
Sementara harga cabai justeru mengalami kenaikan di angka Rp 30 hingga Rp 40 ribu per kilogram.

Seorang petani cabai dan tomat di Lombok Timur, Miftahul Khair mengaku sedih melihat harga tomat saat ini. Anjloknya harga tomat kata dia, tidak sesuai dengan jerih payahnya.
“Harga tomat sekarang sangat jauh diharapkan. Ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Apalagi pupuk dan obat-obatan mahal,” kata Khair, Kamis (1/8/2024).
Ia katakan, anjloknya harga tomat terjadi mulai pertengahan Juli lalu. Padahal sebelumnya, sekitar Juni harga tomat masih normal.
“Kami juga bingung kenapa harga bisa turun drastis,” ujarnya.
Petani lain, Ali Imran berharap harga tomat kembali normal. Ia mengaku, turunnya harga tomat sudah menjadi hukum pasar.
“Kita juga tidak bisa berbuat apa-apa, cuma berharap harga kembali normal. Tapi, saya juga merasa bersyukur karena masih pakai pupuk buatan sendiri,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan (Disperindag) Mahsin Bagus Munawar katakan, penurunan harga tomat dikarenakan stok masih banyak. Namun harga tersebut masih dibatas kewajaran.
“Hasil pengawasan harga bahan pokok (bapok) di Lombok Timur, turunnya harga tomat karena stok melimpah. Tapi harga tersebut masih dalam batas kewajaran tidak seperti sebelumnya bahkan pernah menembus angka di bawah Rp 1.000 per kg,” katanya.
Ia harap, dengan harga tomat yang anjlok, petani melakukan penanaman secara profesional dalam timing waktu yang tepat, karena hal tersebut dapat berdampak signifikan terhadap tingkat produksi tomat yang baik.
“Tentu saja kita ingin para petani melakukan penanaman secara profesional dalam timing waktu yang tepat, menanam apa yang memang seharusnya ditanam, berdisiplin melakukan perawatan tanaman, menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan efisien. Hal tersebut berdampak signifikan terhadap tingkat produksi yang baik dan wajar, mampu menjaga kualitas serta memahami marketing system secara benar,” katanya.
Terkait harga ia ingin mengedepankan harga yang berimbang dan rasional. Artinya petani tidak rugi dengan harga yang anjlok.
“Kita ingin mengedepan balance price condition (kondisi harga yang berimbang) dan rasional artinya petani kita tidak rugi dengan harga yang ada serta masyarakat kita tidak merasa berat menjangkau harga yang menjadi kebutuhan,” pungkasnya. (cit)