Fellicia ungkap biaya fantastis untuk perawatan satwa di Kebun Binatang Lombok

Seekor Gajah di Kebun Binatang Lombok: Foto: Taman Lombok Wildlife Park
Seekor Gajah di Kebun Binatang Lombok: Foto: Taman Lombok Wildlife Park

kicknews.today – Biaya operasional Taman Lombok Wildlife Park atau Kebun Binatang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ternyata tidak sedikit. Pengelola kebun binatang yang berada di Lombok Utara itu menghabiskan dana yang fantastis, yakni Rp450 juta per bulan.

“Kalau dihitung-hitung sampai Rp 450 juta per bulan. Lumayan besar, yah,” kata Pemilik Taman Lombok Wildlife Park, Fellicia Suadika, Sabtu (3/2/2024).

Fellicia mengatakan, dana tersebut mencakup seluruh kebutuhan di kebun binatang. Mulai dari biaya perawatan satwa, pakan hingga gaji karyawan.

“Jumlah karyawan sebanyak 70 orang dari berbagai bidang kerja,” katanya.

Jumlah satwa di Taman Lombok Wildlife Park kata dia, sebanyak 250 ekor dengan 65 jenis spesies. Di antaranya, Rusa Timor, Buaya, Kuda Nil, Gajah, Komodo, Beruang, hewan reptil dan masih banyak lain.

“Yang belum ada itu Harimau dan Singa, ini masih kita rencanakan,” jelasnya.

Dia menjelaskan, dari puluhan satwa tersebut, biaya perawatan paling besar yakni untuk 4 ekor Gajah. Bahkan nominalnya mencapai  60 persen dari biaya perawatan seluruh satwa.

“Kebutuhan makan 4 Gajah ini habis 1,2 ton per hari, terdiri dari 70 persen sayur hijau dan 30 persen buah. Artinya, sekitar 100 lebih kilogram buah harus disiapkan tiap hari,” kata perempuan yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD PUTRI) NTB ini.

Selain itu, pemberian vitamin dan perawan medis rutin seluruh satwa juga tetap dilakukan. Seperti pemeriksaan check up tiap 3 bulan. Kemudian pengambilan darah tiap 6 bulan dan USG tiap 1 tahun sekali.

Pihaknya juga sudah bekerjasama dengan Kebun Binatang Yogyakarta untuk pemeriksaan kesehatan satwa. Khusus Gajah kata dia, terdapat dokter spesialis yang bekerja di medical check-up di Amerika.

“Kebetulan pak dokternya asal Indonesia. Jadi, kalau pak dokternya pulang ke Indonesia kami ajak ke Lombok,” katanya.

Besarnya biaya perawatan kata Fellicia memang tidak sebanding dengan pendapatan dari kunjungan wisatawan. Apalagi saat Pandemi Covid beberapa tahun terakhir. Sementara di sisi lain, puluhan satwa butuh makan dan perawatan. “Kita harus pakai biaya pribadi untuk memenuhi kebutuhan satwa. Itu semua pak suami yang berjuang betul. Memang tidak bisa kalau untuk mencari keuntungan dari Kebun Binatang, semua itu muncul karena hobi dan kecintaan pada satwa,” pungkasnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI