Melihat kerajinan batik Lombok buatan narapidana Lapas kelas IIA Mataram, sebulan hasilkan puluhan juta

kicknews.today – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Mataram menyediakan wadah bagi para warga binaan untuk mengisi waktu selama di lapas dengan berbagai kegiatan positif. Salah satunya dengan memberikan kesempatan bagi narapidana untuk membuat batik.

Hasil kerajinan batik narapidana tidak kalah saing dengan produk diluaran sana. Bahkan sebulan mereka bisa menghasilkan uang hingga puluhan juta.

Batik tulis khas Lombok buatan narapidana Lapas Mataram ini bisa dipesan sesuai permintaan. Mereka mampu menghasilkan 50 batik dalam sebulan.

Kalapas Kelas IIA Mataram Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, kreativitas narapidana sudah menjadi kegiatan harian di Lapas Mataram. Harapannya, agar nilai jual batik Lombok  lebih eksklusif, bisa bersaing dan menjadi bekal narapidana ketika sudah bebas.

“Mereka (Narapidana) dulunya seorang pelukis tato, kini menghasilkan banyak sekali batik dengan motif Lombok. Tentu saja mereka mendapatkan penghasilan dari hasil karyanya,” kata Akbar belum lama ini.

Penghasilan narapidana nantinya didapatkan dari hasil penjualan. Dimana harga satu kain batik ini dijual Rp800 ribu.

“Kita sudah buat 43 batik pasca lebaran Idul Fitri 2023 dan menghasilkan puluhan juta,” jelasnya.

Karya narapidana ini kata dia, patut disyukuri karena bisa memberikan kontribusi untuk pendapatan bagi Lapas Kelas IIA Mataram. Karena selama ini para perajin ini tak pernah mendapatkan penghasilan selama mereka menjadi warga binaan. Hasil karya batik kini sudah dijual di berbagai tempat seperti sekolah, OPD di wilayah Lombok.

“Alhamdulillah, setelah adanya program ini, teman-teman yang hobinya menggambar tato akhirnya bisa membuat batik Lombok,” katanya.

Sementara itu, Ardiansyah pengrajin batik Lapas Kelas IIA Mataram yang akan bebas pada Januari 2024 ini mengaku, jumlah pengrajin yang ikut berpartisipasi sebanyak 15 orang. Ia berharap setelah bebas nanti ia bisa menjalani bisnis tersebut di daerahnya.

“Mudahan kita bisa bentuk lagi ini di luar Lapas supaya penghasilan kita bisa ada buat menunjang penghidupan,” katanya.

Ardiansyah mengatakan, setiap satu batik motifnya berbeda atau edisi terbatas. Sehingga mereka jarang menerima pesanan dengan jumlah besar dengan motif yang sama.

“Kalau partai besar kayaknya gak bisa untuk satu motif karena, kita kerja manual. Kalau motif beda-beda kita bisa buat 40 batik selama 15 hari dengan kerja lembur,” jelas Ardi. (ys)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI