kicknews.today – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Utara (KLU) menunjukkan komitmen kuat dalam membangun kemandirian ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam (SDA), khususnya air bersih yang melimpah.
Salah satu langkah strategis yang kini tengah digodok secara serius adalah pengembangan usaha air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek lokal “Air Dayan Gunung”.

Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Wakil Bupati KLU, Kusmalahadi Syamsuri, yang menegaskan bahwa rencana tersebut telah menjadi bagian dari pertimbangan jangka panjang pemerintah daerah.
Usulan DPRD KLU pun disambut positif sebagai bentuk sinergi antara legislatif dan eksekutif dalam mendorong inovasi ekonomi daerah.
“Alhamdulillah, desa-desa sudah memberikan dukungan hingga saat ini. Tinggal bagaimana langkah tindak lanjut dari kita,” ujar Kusmalahadi, Senin (21/04/2025).
Pemda KLU saat ini sedang menyusun regulasi pendukung serta menjajaki model bisnis yang tepat untuk proyek AMDK ini. Dinas terkait telah menginisiasi pengumpulan desa-desa potensial untuk bergabung dalam skema usaha bersama, dengan respon awal yang sangat positif. Bahkan, setiap desa direncanakan berinvestasi awal sekitar Rp100 juta, menunjukkan keseriusan dari akar rumput.
Tak hanya itu, Pemda juga mempertimbangkan untuk mendorong penggunaan AMDK lokal di lingkungan organisasi perangkat daerah (OPD) melalui surat edaran atau kebijakan khusus. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran sekaligus memperkuat posisi AMDK lokal sebagai produk unggulan daerah.
Nama merek “Air Dayan Gunung” pun telah dipersiapkan, mencerminkan identitas lokal dan kekayaan alam Lombok Utara yang memiliki hampir 300 titik mata air.
Pemerintah juga berencana memperkenalkan produk ini ke tingkat nasional. Salah satu langkah awalnya adalah membawa contoh produk ke Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
“Insyaallah dalam waktu dekat mereka akan berkunjung ke KLU, salah satunya untuk melihat potensi AMDK ini,” katanya.
Dalam aspek sosial, Kusmalahadi menggagas pelibatan anak-anak yatim dalam proses produksi sebagai bentuk nyata pemberdayaan masyarakat.
Sementara itu, dari sisi pengelolaan, pemerintah masih mempertimbangkan apakah akan melibatkan pihak ketiga atau mengelolanya secara mandiri melalui revitalisasi BUMD KLU.
“Kita harus belajar dari pengalaman BUMD lain. Jangan sampai hanya jadi simbolis, tapi tidak punya arah bisnis yang jelas,” tegasnya.
Dengan potensi sumber daya alam yang besar dan dukungan masyarakat yang kuat, Pemda KLU optimis proyek AMDK lokal ini bisa menjadi salah satu tonggak baru perekonomian Lombok Utara. (gii-bii)