DLH ungkap penyebab munculnya gumpalan buih di Teluk Bima

Pihak DLH Kota Bima saat mengambil sampel gumpalan buih di pantai Lawata Kota Bima beberapa waktu lalu.
Pihak DLH Kota Bima saat mengambil sampel gumpalan buih di pantai Lawata Kota Bima beberapa waktu lalu.

kicknews.today – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima mengungkap penyebab munculnya buih warna coklat  di Teluk Bima. Dari hasil uji laboratorium, diketahui telah terjadi eutrofikasi yaitu proses di mana seluruh badan air secara bertahap mengalami peningkatan kadar mineral dan nutrient.

“Terutama nitrogen dan fosforus yang kemudian terjadi peningkatan produktifitas fitoplankton yang disebabkan oleh meningkatnya unsur nutrient,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, Syarief Bustaman, Kamis (22/2/2024). 

Syarif menjelaskan, dari tiga titik pengambilan sampel untuk tingkat kekeruhan berada di atas baku mutu, tertinggi di titik pertama depan pertamina (9,73 NTU). Untuk parameter Dissolved Oxygen (DO) yang

merupakan identifikasi jumlah oksigen terlarut dalam air berada di bawah baku mutu pada 2 titik yaitu titik 1 = 4,16 mg dan Pantai Lawata = 2,97 mg. 

“Hasil pengukuran D0 (Oksigen Terlarut)

yang hasilnya < Smg/l menunjukan rendahnya kadar oksigen terlarut,” jelas Syarif. 

Kemudian, untuk parameter kimia amoniak di tiga titik sampel berada di atas baku mutu untuk wisata bahari

dan biota laut yaitu pada kisaran 2,0 mg/l di titik 1 (depan pertamina). Air laut Pantai Lawata pada angka 2,26 mg/l dan 2,37 mg/l di Pantai Amahami (Outlet Pasar Amahami) dari ambang batas 0,02

mg/l untuk wisata bahari dan 0,3 mg/| untuk biota laut. 

“Kadar amonia yang tinggi dapat diindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian,” ungkap Syarif. 

Untuk parameter Nitrat (NO3) diketahui melebihi ambang batas baku mutu di 3 titik lokasi sampling berkisar antara 5,759 mg/- 7,974 mg/l dari baku mutu yang diijinkan 0.06 mg/l. Konsentrasi nitrat sudah melebihi 0,2 mg/l, hal ini akan memicu terjadinya eutrofikasi dan selanjutnya akan menstimulir secara pesat pertumbuhan alga dan tumbuhan di perairan.

“Terjadinya eutrofikasi akan membuat keseimbangan sistem terganggu dan berakibat buruk pada ekosistem,” sebutnya. 

Sementara Parameter Phosphate (PO) di 3 titik sampling lanjut dia, melebihi ambang batas baku mutu yaitu

berkisar antara 0,15 mg/ sampai dengan 1,05 mg dari ambang batas 0,015 mg. Keberadaan fosfat yang berlebihan di badan air dapat menyebabkan kondisi pengayaan nutrisi (eutrofikasi), dan

dengan dukungan nitrat dapat menyebabkan alga blooming (ledakan populasi alga) yang menjadi

salah satu masalah lingkungan.

“Untuk parameter mikrobiologi total colifom dan colitinja di 3 titik sampling di atas baku mutu yaitu pada angka > 1600/100 ml dari 1000 mpn/100 ml,” katanya. 

Ditemukan juga kandungan logam Zinc (Zn) dengan hasil antara 0,0117 mg sampai dengan 0,2363

mg/l dari ambang batas 0,05 untuk biota laut dan Tembaga (Cu) dengan nilai 0,0417mg/l sampai dengan 0,05 18 dari batas yang diijinkan 0,008 untuk biota laut. Sedangkan untuk kegiatan pelabuhan dan wisata bahari masih diijinkan. 

Dengan demikian, Syarif menghimbau seluruh elemen untuk menjaga Teluk Bima, agar tidak terjadi pencemaran berulang. Perlu ada pengendalian pencemaran eutrofikasi, dengan jalan penyerapan nutrien dari daerah aliran sungai. (jr) 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI