kicknews.today – Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi salah satu dari delapan desa di Indonesia yang terpilih sebagai lokasi ASTA Aksi Peduli Sampah dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025.

Program ini digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI bekerja sama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) RI, sebagai langkah nyata dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung di Terminal Teluk Nare, Desa Malaka, ini dihadiri oleh Sekretaris Utama KLH RI, Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDT RI, serta Bupati Lombok Utara. Turut hadir pula jajaran Forkopimda KLU serta berbagai organisasi lingkungan dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Bupati Lombok Utara, Djohan Sjamsu, mengapresiasi terpilihnya Desa Malaka sebagai bagian dari gerakan nasional ini. Ia menekankan bahwa kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sangat penting, tidak hanya untuk kebersihan lingkungan, tetapi juga untuk menciptakan peluang ekonomi baru.
”Saya mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Sampah yang dikelola dengan baik bisa menjadi sumber pendapatan dan mendukung ekonomi kreatif. Semoga kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan desa bebas sampah,” ujarnya, Sabtu (15/02/2025).
Sementara itu, Dirjen Kemendes PDT RI, Drs. Samsul Widodo, mengungkapkan bahwa sejak tahun 2015 hingga 2025, total dana desa yang telah dikucurkan mencapai Rp600 triliun, dengan alokasi Rp71 triliun per tahun untuk 75.265 desa.
Ia menegaskan bahwa penggunaan dana desa harus lebih strategis, termasuk untuk mendukung desa wisata dan pengelolaan sampah.
”Setiap desa wajib mengalokasikan minimal 20 persen dana desa untuk ketahanan pangan, 15 persen untuk BLT, dan 3 persen untuk operasional desa. Selebihnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan desa wisata dan program desa bebas sampah,” jelasnya.
Widodo juga berharap koordinasi antar-desa dan pemerintah daerah dapat diperkuat, sehingga seluruh desa dapat menjadi Desa Wisata yang bebas sampah.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Utama KLH RI, Rosa Vivien Ratnawati, menyoroti besarnya volume sampah di Indonesia yang mencapai 56,3 juta ton per tahun.
Ia menekankan bahwa edukasi sejak dini mengenai pemilahan sampah sangat penting untuk mengatasi permasalahan ini.
”Kita harus membiasakan anak-anak sejak dini untuk memilah sampah organik dan anorganik. Dengan demikian, mereka akan tumbuh dengan kesadaran yang lebih baik dalam menjaga lingkungan,” bebernya.
Sebagai bentuk aksi nyata dalam program ini, lima kader sadar sampah resmi dikukuhkan, sekaligus dilakukan penyerahan komposter kepada para kader dan sarana bank sampah induk kepada Pemda KLU untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih efektif.
Dengan adanya program ASTA Aksi Peduli Sampah, diharapkan Desa Malaka dapat menjadi percontohan bagi daerah lain dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Masyarakat diimbau untuk terus berpartisipasi dalam gerakan ini, karena perubahan besar dimulai dari aksi kecil yang dilakukan secara konsisten. (gii)