Nuralisba Khaira, balita 18 bulan ‘taklukan’ puncak Tambora

kicknews.today- Event Teka Tambora sukses digelar. Ada kisah menarik di balik event tahunan memperingati 207 tahun letusan Gunung Tambora tersebut.

Seorang bayi berusia 18 bulan sukses mencapai puncak salah satu gunung dengan letusan terbesar di dunia itu. Namanya, Nuralisba Khaira.

Putri dari pasangan Rangga Anamantika dan Nuryati mencapai puncak, Minggu (29/5). Balita imut itu diboyong orang tuanya hingga capai puncak.

Nuralisba Khaira pun menjadi rebutan peserta Teka Tambora lain, untuk berfoto di kawah Gunung Tambora. Ayah Nuralisba Khaira, Rangga menceritakan momen bersama buah hatinya. Ia dan istri sengaja memboyong semua anak mereka mengikuti event tersebut.

“Kami berlima, anak pertama Yusfalillahman kelas 5 SD namanya, yang kedua M. Iqbal kelas 1 SD dan yang ketiga usia 18  bulan,” jelas Rangga dihubungi, Selasa (31/5).

Rangga mengaku, berangkat mulai pukul 05.30 Wita lewat jalur Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Mereka tiba di Pos 5 sekitar pukul 06.30 Wita. Kemudian lanjut jalan kaki sekitar 1 jam sampai puncak.

“Di puncak kita cuma sebentar, sekitar 1 jam. Setelah itu turun, karena cuaca mulai panas,” katanya.

Rangga membawa anak dan istrinya ke puncak Tambora hanya bermodal nekat. Mengingat dia juga sering mendaki gunung sekaligus panitia Teka Tambora, berinisiatif ajak anak istri.

“Saya sudah sering muncak di Tambora, jadi kali ini ingin anak dan istri merasakan,” tuturnya.

Rangga dan keluarga termasuk dalam 1 dari 75 peserta offroad Teka Tambora. Mobil yang mereka gunakan pun standar. Yakni, mobil LJ 80 tenar bernama Jangkiri Kala 800 cc.

“Mobil kami paling kecil dari sekian peserta,” katanya.

Meski dengan kondisi mobil standar, dia tetap percaya diri menaklukkan jalur Piong Sanggar Bima, hingga ke pos 5. Menurut dia, naik Tambura pakai mobil justeru lebih menantang dari jalan kaki.

“Mobil kami sempat diderek mobil lain, karena tak kuat menanjak. Itu malah lebih seru,” ujarnya.

Untungnya, selama perjalanan si kecil tidak rewel, meski jalan bebatuan dan menanjak. Putri satu-satunya tersebut justeru tidur sejak berangkat hingga pos 5.

“Dia baru terbangun ketika mulai jalan menuju puncak,” katanya.

Selain yang paling kecil, putra keduanya juga terbilang lucu saat itu. Selama di mobil hingga jalan menuju puncak, ia tidak memakai alas kaki.

“Dia nggak mau pakai sandal atau sepatu. Heran juga saya,” ceritanya.

Selain mereka, ada pula peserta lain yang membawa keluarga lengkap. “Ada yang bawa anak-anak, tapi memang putri saya yang paling kecil usianya,” tutur Rangga.

Pasca dari Tambora kata dia, anak-anak tampak sehat. Bahkan anak istrinya sangat gembira bisa mencapai puncak Tambora. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI