kicknews.today – Lalu Fathul Bahri menagih janji dana CSR pengembangan 6 desa yang berasal dari sokongan dana Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Selama tahun 2021-2023 pihak pengelola belum menganggarkan dana sebesar Rp90 miliar untuk enam desa penyangga KEK Mandalika.
“Dulu ada CSR, itu dari AIIB sampai sekarang belum dikerjakan itu. Untuk apa? untuk infrastruktur penyangga KEK sampai sekarang belum dikerjakan. Kenapa ini,” tanya bupati, Sabtu (17/6).
Bahkan untuk tahun 2022 itu, pihak ITDC belum memberikan dana pengembangan Rp90 miliar kepada enam desa penyangga. Dia pun meminta agar DPR RI dapil NTB juga memberikan atensi khusus untuk pengembangan wisata di KEK Mandalika.
“Itu ada rabat jalan, listrik, air bersih. Ini kenapa belum dikerjakan kita pertanyakan. Jadi, kalau tidak mau rugi jangan mau jadi pengusaha,” ujarnya.
“Ya kita berharap para DPR RI dapil NTB bersuara lantang tentang hal ini ke pusat itu,” pungkas Pathul.
Sebelumnya, PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) rencanakan penghapusan event WSBK dengan alasan rugi senilai Rp 4,6 triliun. Menurut Bupati Lombok Tengah Lalu Fathul Bahri itu merupakan alasan yang tidak masuk akal dan tidak berdasar. Ia pun merasa geram soal rencana event World Superbike Championship bakal dihapus di Sirkuit Internasional Mandalika.
“Saya kecewa kalau ada yang bilang rugi. Kalau ada indikasi tidak mau majukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika ini ya sejak awal tidak usah buat KEK ini dong di Lombok Tengah,” tegas Fathul, Sabtu (17/6).
Menurutnya, kerugian yang dialami oleh pengelola KEK Mandalika itu merupakan hal yang biasa di dalam berbisnis. Pathul juga mengkritik pihak pengelola Kek Mandalika yang dipegang oleh ITDC yang setiap tahun terjadi pergantian pengurus Direksi.
“Nanti kalau disini rugi dibuat di tempat lain rugi dibuat lagi. Jadi nggak usah gitu dong, dan kita juga heran padahal hampir setiap tahun jajaran Direksi pimpinan ini kan diganti lalu penyebabnya apa,” katanya.
Dikatakan Fathul ia pun dalam berbisnis kerap mengalami kerugian besar. Namun jika keputusan penghapusan WSBK karena alasan merugi itu membuat orang tidak berani berinvestasi di KEK Mandalika itu “Ini kan bahasa-bahasa mereka. Jadi persoalan rugi itu biasa. Saya sering mendengar orang bakar uang bertahun-tahun rugi. Tidak mungkinlah Lombok ini begitu ada sport wisata kemudian langsung maju pasti beradaptasi dengan kondisi dan keadaan. Mungkin Lombok sekarang ini Bali 30 tahun yang lalu. Maka ada waktu untuk berbenah,” ujarnya. (ys)