kicknews.today – BMKG Stasiun Klimatologi NTB menyebutkan wilayah dengan status level awas dan siaga bencana kekeringan di NTB kembali meluas. Oleh karena itu, masyarakat diminta waspada kekeringan panjang dan penggunaan air secara bijak.
Forecaster on duty BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat, Cakra Mahasurya Atmojo Pamungkas menyebutkan, peringatan dini kekeringan meteorologis pada level awas terdapat sejumlah titik di NTB. Mulai dari Kabupaten Dompu (Kecamatan Manggelewa), Kabupaten Bima (Donggo, Lambitu, Palibelo, Soromandi, Wawo), Kota Bima (Raba), Kota Mataram (Mataram), Lombok Barat (Batu Layar, Gerung, Lembar), Lombok Tengah (Batukliang, Janapria, Praya Barat).
Kemudian Lombok Timur (Jerowaru, Labuhan Haji, Montong Gading, Pringgabaya, Sakra Barat, Sambelia, Sembalun, Suela), Lombok Utara (Bayan, Gangga, Pemenang, Tanjung), Sumbawa (Lape, Moyo Utara, Moyo Hilir, Sumbawa, Unter Iwes), Sumbawa Barat (Brang Ene, Jereweh, Poto Tano, Taliwang).
“Masyarakat perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan yang umumnya terjadi di periode musim kemarau,” kata Cakra, Sabtu (30/9).
Sementara level siaga lanjutnya yakni, Dompu (Dompu, Huu, Pajo), Kabupaten Bima (Lambu, Sanggar, Sape), Lombok Tengah (Praya Barat Daya, Pujut), Lombok Timur (Aikmel, Keruak, Terara), Sumbawa (Labangka, Rhee), Sumbawa Barat (Sekongkang, Seteluk).
“Level waspada yaitu Kecamatan Empang Sumbawa,” katanya.
Cakra menjelaskan, curah hujan di wilayah NTB pada dasarian III September 2023 secara umum dalam kategori Rendah (0 – 20 mm/das). Sifat hujan pada dasarian III September 2023 di wilayah NTB seluruhnya pada kategori Bawah Normal (BN).
Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) Provinsi NTB secara umum bervariasi dari ‘Pendek’ (6-10 hari) hingga berada pada kategori ‘Ekstrem Panjang’ (>60 hari). HTH terpanjang tercatat di pos hujan Asakota Kolo, Kota Bima selama 154 hari tanpa hujan.
Update kondisi dinamika atmosfer terakhir menunjukkan indeks ENSO berada pada kondisi El Nino Moderat (indeks ENSO : +1.65) yang diprakirakan akan berlangsung setidaknya hingga awal tahun 2024. Indeks IOD pada awal September 2023 menunjukkan kondisi IOD positif (+1.26), diprakirakan kondisi IOD positif akan bertahan hingga akhir tahun 2023. Aliran massa udara umumnya masih didominasi angin timuran yang merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Suhu muka laut di wilayah Indonesia umumnya menunjukkan kondisi dingin hingga hangat.
“Anomali SST Perairan Indonesia secara umum diprediksi akan didominasi oleh kondisi dingin di bagian barat Indonesia dan hangat di wilayah Laut Natuna Utara dan Laut Jawa, dengan kisaran nilai –2.0 hingga +1.0 °C. Kemudian kondisi hangat tersebut tetap mulai meluas pada Desember 2023 hingga Maret 2024,” ujarnya.
Sementara itu, kondisi SST di perairan barat Sumatra berada pada kondisi dingin mulai dari Oktober hingga Desember 2023. Pada dasarian III September 2023 menunjukkan MJO tidak aktif, diprediksi tetap tidak aktif hingga awal dasarian I Oktober 2023, MJO berkaitan dengan aktivitas konveksi/potensi awan hujan di wilayah Indonesia.
Peluang curah hujan dasarian I Oktober
Pada dasarian I Oktober 2023 (1-10 Oktober 2023) diprakirakan peluang terjadinya hujan sangat rendah. Diperkirakan curah hujan dengan intensitas >20 mm/dasarian memiliki probabilitas kejadian <10% yang merata di seluruh wilayah NTB kecuali di sebagian wilayah Kota Mataram dan Kab. Lombok Barat memiliki probabilitas 10-20%.
Pada periode puncak musim kemarau tahun ini, masyarakat NTB diimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
“Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan,” pungkasnya. (jr)