kicknews.today – Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.

Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh 2004, Pangandaran 2006, gempa Lombok dan Palu 2018 dan daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak sedikit. Maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami.
Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempa bumi dengan tsunami maka selang waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).
Empat unsur di dalam peringatan dini, yaitu:
1. pengetahuan tentang risiko bencana;
2. teknik pemantauan dan layanan peringatan;
3. komunikasi dan penyebarluasan peringatan; dan
4. kemampuan masyarakat menanggulangi
Peringatan dini pada tingkat masyarakat harus memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Tepat waktu;
2. Akurat;
3. Dapat dipertanggungjawabkan.
Pengetahuan Tentang Resiko Bencana Gempa Bumi
Pada keterangannya, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono menunjukkan potensi sumber gempa bumi megathrust di Indonesia. Keterangan ini menjadi penting dikarenakan Gempa bumi yang kuat dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan serta dapat memakan korban jiwa. Kejadian gempa berlangsung secara mendadak dan belum ditemukan metode pendugaan atau prediksi secara akurat.
“Sehingga diharapkan dengan mengetahui karakteristik bahaya gempa bumi, kita akan lebih mudah dalam melakukan upaya tanggap darurat dan penanggulangan suatu bencana akibat gempa bumi,” jelasnya.
Hal ini berhubungan dengan unsur keempat dalam peringatan dini yaitu kemampuan masyarakat menanggulangi. Pengetahuan tentang resiko bencana juga menjadi pekerjaan rumah bagi semua baik kalangan akademisi, pemerintah, masyarakat media dan swasta serta pihak-pihak lain guna terwujudnya data yang sistematis dan pelaksanaan asesmen resiko yang berkelanjutan.
Di Indonesia telah dibentuk Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) yang mewadahi kegiatan yang melibatkan para peneliti, para akademisi, dan para pakar/praktisi dengan fungsi memberikan informasi ilmiah kegempaan untuk mempersiapkan bangsa Indonesia dalam menghadapi bahaya dan risiko gempa.
Perhitungan tim Pusgen terkait potensi gempabumi di wilayah gempabumi seperti segmen-segmen megathrust penting untuk dimaknai sebagai langkah mitigasi terhadap kemungkinan dampak yang diakibatkan suatu gempa bumi untuk pembangunan berbasis mitigasi. Singkatnya, pengetahuan potensi gempabumi bukanlah hal yang harus disalahartikan untuk ditakuti namun sebagai upaya kesiapsiagaan.
Layanan Informasi Gempabumi Dan Tsunami Di Indonesia
Akhir tahun 2004 ditandai oleh kejadian gempa bumi sangat kuat di Aceh dan menimbulkan tsunami sangat hebat yang membawa korban jiwa dan orang hilang lebih dari seperempat juta di wilayah sekitar India. Tragedi kemanusiaan akhir tahun tersebut mendapatkan tanggapan luar biasa dari masyarakat Indonesia dan dunia, baik dalam upaya untuk memberikan bantuan bagi masyarakat Aceh dan Sumatera Utara yang terkena musibah maupun usaha untuk mengurangi dampak bencana tsunami di waktu mendatang, tidak hanya di wilayah Aceh namun seluruh wilayah Indonesia.
Usaha dimaksud adalah dengan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System yang disingkat InaTEWS. Tentunya prinsip INA TEWS adalah cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan menggunakan kajian ilmiah. Pemerintah melalui BMKG secara 24 jam selama tujuh hari terus menerus memantau aktivitas gempa bumi tektonik untuk memastikan layanan peringatan yang efektif sampai ke masyarakat. Pengembangan sistem pemantauan gempa bumi terus berkembang dari tahun 2004 sampai sekarang.
Kecepatan dan keakuratan informasi serta media diseminasi yang beradaptasi pada kebutuhan masyarakat untuk memastikan bahwa informasi sampai ke masyarakat terdampak dan pemangku kepentingan. Sistem peringatan dini telah terbukti menjadi solusi dan dapat diandalkan untuk melindungi kehidupan dan penghidupan dari bahaya gempabumi dan tsunami. Sistem peringatan dini juga merupakan investasi: Kantor Pengurangan Risiko Bencana PBB memperkirakan peringatan dini dapat menghasilkan pengurangan kerugian hingga 30% dalam suatu bencana.
Masyarakat Aman dan Selamat Dari Bahaya Gempabumi dan Tsunami
Masyarakat pada saat bencana gempabumi dan tsunami memerlukan informasi yang tepat sehingga mampu melakukan evakuasi mandiri dan respon yang tepat. Dalam penelitian di Jepang, masyarakat selamat dari bahaya gempa bumi persentase terbesar adalah dari masyarakat itu sendiri. Dengan adanya pengetahuan tentang bahaya gempabumi dan tsunami yang baik, pemahaman informasi yang baik dan melakukan uji respons yang berkala menjadi bekal mutlak untuk aman dan selamat dari bencana gempabumi dan tsunami.
BMKG telah melakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana gempabumi dan tsunami melalui edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai, dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara) yang dibentuk dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS), serta Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community)
Akhirnya sinergitas dari semua pihak untuk bersama-sama mengenal dengan baik bahaya gempabumi dan tsunami, informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami, serta peningkatan kapasitas berkesinambungan. Sehingga kita yang tinggal didaerah rawan bencana gempabumi dan tsunami akan siap untuk selamat. (jr)