kicknews.today – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid pada Senin (10/2/2024) mengeluarkan peringatan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diperkirakan berlangsung mulai 10 hingga 13 Februari 2025. Peringatan ini mencakup potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.
Kepala Stasiun Meteorologi ZAM, Satria Topan Primadi, S.Si, menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor atmosfer yang tengah berlangsung di wilayah Indonesia. “Kami mendeteksi adanya bibit siklon tropis 96S di perairan barat Australia, perlambatan kecepatan angin atau konvergensi, serta kelembapan udara yang tinggi di berbagai ketinggian. Ditambah lagi dengan labilitas atmosfer yang kuat di NTB, kondisi ini meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif atau Cumulonimbus,” terang Satria.
Daerah Terdampak dan Ancaman Gelombang Tinggi
Wilayah yang diperkirakan terdampak mencakup seluruh kabupaten dan kota di NTB, termasuk Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Bima, dan Kota Bima. Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang akan merata di wilayah ini selama empat hari ke depan.
Selain itu, BMKG juga memperingatkan adanya potensi gelombang tinggi yang dapat mencapai 4 meter di beberapa perairan NTB, terutama di Selat Lombok, Selat Alas, Selat Sape, dan Samudera Hindia Selatan NTB. “Gelombang tinggi ini sangat berbahaya bagi aktivitas pelayaran dan nelayan. Kami mengimbau untuk menunda perjalanan laut jika tidak mendesak,” ujar Satria.
Rekomendasi untuk Masyarakat dan Pemerintah Daerah
BMKG menghimbau masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana untuk tetap waspada, terutama saat hujan lebat terjadi. “Kami meminta masyarakat untuk mengantisipasi potensi banjir, longsor, dan angin kencang. Hindari berteduh di bawah pohon besar saat hujan deras dan pastikan lingkungan sekitar tidak ada saluran air yang tersumbat,” tambahnya.
BMKG juga merekomendasikan agar pemerintah daerah memastikan kesiapan infrastruktur, seperti sistem drainase dan pengelolaan sumber daya air, untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan. Selain itu, pemangkasan dahan pohon yang rapuh dan penguatan tiang listrik atau papan reklame juga disarankan untuk mencegah kerusakan akibat angin kencang.
“Kami berharap pemerintah daerah lebih intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang potensi bencana hidrometeorologi. Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan juga harus terus digencarkan untuk mengurangi risiko bencana,” ujar Satria. (red.)