kicknews.today – Warga Desa Dadibou dan Penapali di Kecamatan Woha Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali bentrok, Senin (1/1/2023). Mereka saling serang menggunakan senjata tajam (Sajam) sejak Senin sore hingga pada Selasa dini hari (2/1/2023).

Akibat bentrokan dua desa yang terletak bersebelahan dengan Kantor Bupati Bima itu, 4 warung milik warga Desa Penapali dibakar. Kemudian 3 gudang penyimpanan garam dan 1 berugak milik warga setempat hangus rata dengan tanah.
Kepala Desa (Kades) Penapali, M Tahir membenarkan warganya terlibat saling serang dengan masyarakat Desa Dadibou. Mereka saling serang menggunakan Sajam mulai pada Senin sore kemarin.
“Saat itu, warga Dadibou membakar tiga tempat penyimpanan garam dan 1 berugak milik warga saya,” katanya, Selasa siang (2/1/2024).
Setelah terjadi pembakaran gudang penyimpanan garam, dua kelompok warga kembali saling serang di sebelah kiri Kantor Bupati Bima. Aksi tersebut terus berlanjut hingga sekitar pukul 02.00 Wita dini hari.
“Situasi di TKP dapat terkendali. Warga saya dan warga Dadibou kembali ke pemukiman masing-masing,” bebernya.
Kemudian sekitar pukul 04.00 Wita saat warganya terlelap tidur, terjadi pembakaran empat warung yang terletak di pinggir jalan raya setempat. Dugaan sementara, pelaku yang membakar itu merupakan warga dari Desa Dadibou.
“Dugaan sementara, yang melakukan pembakaran ini merupakan warga dari Desa Dadibou,” duganya.
M Tahir mengaku kaget terjadi saling warganya dengan sekelompok warga Desa Dadibou. Padahal beberapa waktu lalu, Pemdes Penapali dan Dadibou serta tokoh masyarakat sudah bangun komitmen untuk jalan damai.
“Sudah damai saat itu, saya juga heran bisa terjadi lagi saling serang begini,” ungkapnya.
Ia tidak mengetahui pasti motif perang antar kampung ini. Namun M Tahir menduga, masih berkaitan dengan kasus pembacokan yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Mungkin masih berkaitan dengan kasus pembacokan beberapa waktu lalu,” jelasnya.
M Tahir berharap peran aktif pihak kepolisian dalam meredam perang antar kampung ini. Setidaknya personel disiagakan di batas wilayah, agar dapat mencegah warga yang hendak bentrok.
“Kami harapkan keamanan dari kepolisian diperketat, biar dapat meredakan konflik ini,” pungkasnya.
Sementara itu, pemilik salah satu warung terbakar bernama Sitihawa mengaku tidak tahu warungnya dibakar warga. Karena warungnya terbakar saat ia terlelap tidur di rumah bersama keluarga.
“Saya baru tahu warung terbakar pada pagi hari. Kerugian untuk saya sendiri ada sekitar Rp8 juta,” terangnya.
Sitihawa berharap dapat bantuan dari pemerintah, termasuk untuk 3 pemilik warung lainnya. Karena ia tidak memiliki pemasukan lain untuk menyambung hidup, selain dari warung yang dibakar warga
“Penghasilan saya dari warung ini, tidak ada dari yang lain,” pungkasnya. (jr)