Belajar dari Mandalika yang memilih dapat dinikmati semua orang

kicknews.today – Sebuah epos yang sangat dikenal oleh masyarakat Sasak di Lombok tentang kisah Putri Mandalika menyimpan begitu banyak pesan baik. Bahkan nama Mandalika diabadikan menjadi sebuah wilayah yang kini menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) karena keindahan bentang alamnya.

Paox Iben, pemerhati budaya masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) berpendapat, epos mengenai Mandalika seharusnya menjadi rujukan dalam konsep pembangunan pariwisata NTB saat ini. Karena menurut dia, sejatinya sejarah itu berulang dengan dengan bentuk, cerita dan perwujudan yang berbeda-beda.

“Kalau dulu Putri Mandalika itu adalah seorang putri. Tepatnya menurut saya ialah putri dari Empu Nala yang bergelar Arya Wira Mandalika yang juga merupakan penguasa 8 penjuru mata angin (Mandalika, Penguasa Mandala) yang akan jadi “Lelananging jagad”, maka kini Mandalika ialah sebuah kawasan,” jelasnya saat ditemui di Mataram, Selasa (8/2).

https://kicknews.today/komunitas/kisah/putri-mandalika/

Menurut dia, sedari dahulu kala pulau Lombok seperti permata yang besar yang menyala. Selalu mengundang perhatian siapapun. Mungkin karena letaknya yang sangat strategis, berada tepat di tengah-tengah persimpangan jalur pelayaran Nusantara.

“Kalau dulu sosoknya Putri, kalau sekarang ya Sirkuit MotoGP, ya begitu saja,” ungkapnya.

Lalu, Mandalika tidak memilih untuk dikuasai satu orang. Dalam konteks sekarang menurutnya, Mandalika tidak mau dikuasai korporasi tunggal. Semua orang berhak menikmati kelimpahan alam dan kecantikan paras Mandalika.

“Mandalika akan memilih buang diri ke laut untuk dapat dinikmati semua orang. Tafsir sosialnya sekarang ialah, kini ada upaya saling berebut antar korporasi untuk memonopoli dan menguasai. Nah belajarlah dari kasus Mandalika. Pada akhirnya tanah Lombok ini tidak bisa dikuasai salah satu pihak,” pungkasnya.

Mandalika saat ini bukanlah akhir cerita. Sekarang saatnya orang-orang saling berebut untuk menguasai sosok Putri yang cantik jelita itu.

“Kalau kita mau belajar dari masa lalu, maka belajarlah tentang Mandalika itu. Dalam konteks sekarang ialah ekonomi kerakyatan. Pariwisata untuk rakyat. Bukan untuk elit,” jabarnya.

Saat ini kita melihat Mandalika tidak merepresentasikan soal ekonomi kerakyatan, ataupun pariwisata berbasis rakyat. Misalnya kata dia, Harga tiket MotoGP yang sangat tinggi kemungkinan kecil masyarakat kalangan bawah dapat menonton.

“Kalau Mandalika tidak dapat dinikmati semua kalangan, alam akan berbalik melawan. Lombok ini kan dijaga oleh dua Danyang. Gunung dan laut. Kalau tidak gunungnya yang ngamuk, ya lautnya yang ngamuk. Bisa tsunami, megathrus dan lain sebagainya,” pesan dia.

Yang pasti menurut dia, kisah tentang Mandalika era modern saat ini bukanah akhir cerita. Ekonomi kerakyatan wajib dijalankan agar Mandalika dapat dinikmati oleh semua orang.

“Maka belajarlah dari Mandalika yang memilih untuk tetap berpihak kepada rakyat meski mengorbankan dirinya sendiri,” tutupnya. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI