kicknews.today – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan alasan pemerintah memperketat aturan masuk Bali dengan ketentuan pemeriksaan swab berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk penumpang udara dan tes rapid antigen untuk perjalanan darat.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk mengontrol pergerakan wisatawan domestik guna menekan penularan COVID-19 yang hingga kini belum menunjukkan tren penurunan.
“Kemarin mau ke Bali itu sudah lebih 200 ribu orang selama 10 hari, makanya kita ketatin sedikit. Karena kalau ndak, nanti gimana? Bali (kasusnya) naik lagi,” katanya seusai acara Indonesia-China Tourism and Investment Forum, Jumat (18/12).
Luhut mengakui hingga kini Indonesia belum membuka pintu masuk bagi wisatawan mancanegara (wisman) sehingga wisatawan domestik masih mendominasi pergerakan wisatawan.
Ia mengatakan dengan tren kenaikan kasus COVID-19 yang tidak mereda, pemerintah justru kini ingin mengurangi pergerakan wisatawan domestik.
“Sekarang malah kita kurangin, jangan terlalu cepat dulu, nanti bahaya kan kalau terlalu terus dibuka, nanti tidak ada disiplin, pasti naik lagi kasusnya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Luhut menegaskan pemerintah akan memberlakukan pengetatan aktivitas masyarakat saat libur Natal dan Tahun Baru untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19, termasuk mengetatkan syarat masuk ke Bali.
“Kami minta untuk wisatawan yang akan naik pesawat ke Bali wajib melakukan tes PCR H-2 sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen H-2 sebelum perjalanan darat masuk ke Bali,” katanya.

Lombok siap kembali terima Wisatawan
Dibanding Bali, angka Covid-19 di Lombok relatif kecil dan kesiapan Lombok dalam menerima wisatawan dianggap lebih baik dengan penerapan standar operasional prosedur (SOP) kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan atau clean, healt, safety, environtment (CHSE) di destinasi wisata.

Maka itu Lombok tidak menerapkan kewajiban untuk melakukan pemeriksaan swab berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk penumpang udara dan cukup dengan tes rapid antigen untuk perjalanan menuju Lombok.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, H Lalu Moh Faozal, menyampaikan seluruh pelaku wisata harus mampu beradaptasi di tengah pandemi COVID-19. Dengan begitu, sektor pariwisata tetap berjalan normal sesuai protokol kesehatan yang ketat.
“Pandemi COVID-19 sempat membuat pariwisata kita menurun. Karena itu, empat wisata kita ini harus menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (clean, healt, safety, environtment) di setiap destinasi yang ada,” kata Faozal dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Selasa (18/12).
Untuk itu, lanjut Faozal, seluruh pelaku wisata harus paham tentang SOP yang akan di terapkan oleh semua unsur penggerak pariwisata di daerah itu dan wisatawan yang berkunjung ke NTB.
“Simulasi SOP CHSE ini kita awali di Lombok Utara, khususnya tiga Gili, karena area ini menjadi destinasi pertama yang di buka semenjak kita mendeklarasikan NTB membuka pariwisata,” ujar Faozal.
Faozal menyatakan, tujuan SOP CHSE, agar masyarakat secara luas tahu warna baru pariwisata di masa pandemi COVID-19, tentu dengan standar CHSE dan wisatawan domestik maupun mancanegara yang hendak berkunjung ke Lombok menjadi yakin bahwa pariwista NTB didatangi sesuai protokol kesehatan yang ada.
“SOP CHSE ini menjadi salah satu bukti bahwa, pariwisata NTB siap didatangi, aman untuk dikunjungi, karena telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” katanya. (ant-red)