Bakar dile siu di kuburan, tradisi masyarakat Lombok Barat meraih malam Lailatul Qadar

kicnews.today – Ratusan warga berbondong menyalakan lampu seribu dile siu atau dile jojor di Pemakaman Umum Dusun Dasan Tebu, Desa Ombe Baru, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Masyarakat menyebutkan kegiatan ini untuk menyambut datangnya Nuzulul Qur’an dan malam Lailatul Qadar Ramadhan 1444 Hijriah. Selain itu juga untuk mengingat jasad para pendahulu.

Faizin Ayubi, tokoh pemuda dan masyarakat di Dusun Dasan Baru mengaku kegiatan ini dianggap pencerminan malam Lailatul Qadar. Ia menjelaskan, kegiatan ini disebut sebagai dile siu karena jumlah yang diproduksi di dusun tersebut berjumlah 1.000 lampu (dile jojor).

“Makanya kami serta warga di sini mengaplikasikannya dalam bentuk membakar dile siu di kuburan. Selain itu juga untuk mengingat mereka yang sudah meninggal dunia,” akunya saat ditemui di lokasi, Selasa malam (11/4).

Faizin juga menambahkan bahwa tradisi yang sudah turun temurun itu adalah warisan dari nenek moyang. Tak hanya anak kecil, ratusan warga dari berbagai golongan baik muda maupun tua ikut berpartisipasi.

“Kita flashback ke jaman dulu karena waktu itu belum ada penerangan lampu, makanya kita peringati juga. Bukan hanya di kuburan, tapi juga dilakukan di sepanjang jalan kampung,” ujarnya.

Sebelum pembakaran dile siu kata dia, warga serta tokoh agama dan tokoh masyarakat melaksanakan buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan zikir dan do’a di masjid. Kemudian dilanjutkan peringatan dile siu.

“Momen ini juga diisi juga untuk menyalurkan zakat fitrah pada warga yang membutuhkan,” jelasnya.

Dile siu atau dile jojor ini kata dia, dibuat dari buah jamplung (bahasa sasak) kemudian dicampur oli dan kapas supaya apinya bertahan lama. Kemudian dibentuk dan disatukan menggunakan belahan bambu.

“Jadi itu dibuat ramai-ramai, proses pembuatannya sekitar seminggu untuk mengumpulkan 1000 dile jojor,” jelasnya. (ys)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI