kicknews.today – Tidak banyak orang yang percaya bahwa tambang bisa membawa kebaikan. Di banyak tempat di Indonesia, kata “pertambangan” lebih sering terdengar sebagai ancaman ketimbang harapan. Ia identik dengan lubang besar di tanah, udara berdebu, dan janji pembangunan yang jarang tiba di dapur warga. Namun di sisi lain, kemiskinan tak bisa disembuhkan hanya dengan idealisme ekologis. Di banyak desa sekitar tambang, orang-orang berjuang bukan untuk mempertahankan utopia hutan, melainkan untuk makan hari ini dan menyekolahkan anak-anak mereka esok pagi.
Di persimpangan antara kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan itulah, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) mencoba membuktikan bahwa pertambangan masih bisa dijalankan dengan hati.

Di Desa Tongo, Kabupaten Sumbawa Barat, seorang petani bernama Budi Iswanto menyiapkan ribuan bibit tanaman endemik di tempat pembibitan yang dikelolanya bersama warga. Di lahan seluas beberapa hektar itu tumbuh kemiri, suren, merbau, hingga rotan – semuanya akan ditanam kembali di area reklamasi tambang Batu Hijau.
“Dulu saya kerja serabutan,” katanya sambil mengelus batang bibit muda dalam wawancara pada 26 September 2024. “Sekarang bisa menggaji 20 orang, kebanyakan ibu rumah tangga.”
Program community nursery ini bukan hanya untuk memulihkan lahan, tapi juga memulihkan kehidupan. Berdasarkan data internal AMMAN, kelompok seperti milik Budi telah memasok lebih dari 145 ribu bibit tanaman endemik untuk area reklamasi. Dari situ muncul ekonomi baru yang tumbuh bersama pohon-pohon muda di bekas area tambang.
Tak jauh dari sana, di Desa Jereweh, sekelompok ibu rumah tangga memintal sabut kelapa dan serat ijuk menjadi coconet dan ijuk blanket – bahan konservasi tanah di lereng tambang. Dari limbah yang dulu tak berharga, kini mengalir penghasilan dan kebanggaan.
“Melalui program AMMAN ini, kami para ibu rumah tangga bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang sangat berarti,” tutur Fatimah, salah seorang pekerja, dalam kegiatan 29 Juli 2025. “Lebih dari itu, kami diajari bagaimana mengubah bahan yang tadinya dianggap kurang berguna seperti sabut kelapa dan ijuk menjadi barang bermanfaat yang punya nilai ekonomi tinggi.”
Menurut Kartika Octaviana, Vice President Corporate Communications AMMAN, program reklamasi berbasis komunitas seperti ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan.
“Program reklamasi berbasis komunitas merupakan bagian dari komitmen jangka panjang AMMAN untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar tambang,” ujarnya dalam keterangan resmi 29 Juli 2025.
“Kami tidak hanya fokus pada pemulihan lingkungan, tetapi juga pada pembangunan kapasitas ekonomi lokal yang akan terus berjalan bahkan setelah masa operasional tambang berakhir.”
Ruang perubahan itu juga menyentuh generasi muda. Di laboratorium animasi SMK Raden Umar Said Kudus, Khaidar, pelajar asal Taliwang, tengah menatap layar komputer. Ia adalah salah satu penerima beasiswa AMMAN Scholars, program pendidikan vokasi bagi pelajar Sumbawa Barat di sekolah-sekolah unggulan.
“Awalnya saya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan saya,” ujarnya dalam wawancara 30 Januari 2025. “Namun, berkat dukungan dari mentor, guru, dan tim AMMAN, saya berhasil berkontribusi dalam proyek film animasi Nyla.”
Film tersebut tayang di Festival Film JAFF Jogja 2024 dan telah ditonton lebih dari 300 ribu kali di YouTube.
Menurut Priyo Pramono, Vice President Social Impact AMMAN, “Program AMMAN Scholars telah memberikan berbagai kesempatan emas kepada generasi muda daerah seperti Khaidar untuk mengembangkan minat dan potensinya.”
Dampak keberadaan AMMAN tidak berhenti di Sumbawa Barat. Di seberang laut, Pulau Lombok ikut merasakan denyutnya. Saat gempa besar mengguncang Lombok tahun 2018, tim Fire Emergency Services (FES) AMMAN membantu evakuasi korban dan menyalurkan bantuan logistik ke wilayah terdampak, berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD.
Tim FES, yang dibentuk sejak awal berdirinya AMMAN pada 2016, kini terdiri dari puluhan anggota terlatih yang bekerja dalam tiga shift di delapan pos siaga di area tambang. Mereka juga rutin dikerahkan membantu misi kemanusiaan di wilayah Indonesia Timur.
Selain kontribusi sosial, pengaruh tambang juga terasa dalam ekonomi daerah. Berdasarkan data BPS Provinsi NTB (2024), sektor pertambangan dan penggalian menyumbang sekitar 20 persen terhadap struktur PDRB NTB selama lima tahun terakhir, menjadikannya salah satu pilar utama ekonomi provinsi ini.
Dari sisi fiskal, laporan media daerah menyebut bahwa pada 2024 Pemerintah Provinsi NTB menerima sekitar Rp87 miliar Dana Bagi Hasil (DBH) Minerba dari AMMAN. Dana itu digunakan untuk memperkuat layanan publik, pendidikan, dan infrastruktur di berbagai kabupaten/kota, termasuk di Lombok.
Efek ekonomi tak langsung pun menjalar. Perusahaan logistik, transportasi, dan konstruksi yang berbasis di Mataram dan Lombok Barat ikut menjadi rekanan rantai pasok tambang. “Apa yang digali di Batu Hijau ikut mengaliri ekonomi di Lombok,” ujar seorang pelaku usaha pengiriman alat berat di Pelabuhan Lembar pada Mei 2025.
Kini AMMAN memasuki Fase 8 Tambang Batu Hijau, yang menurut keterangan resmi perusahaan pada 13 Mei 2025, akan memperpanjang masa operasi hingga sekitar 2030. “AMMAN berkomitmen untuk menjalankan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan negara,” kata Kartika Octaviana saat itu.
Pertambangan, pada akhirnya, memang tak bisa sepenuhnya tanpa luka. Tapi di tengah lanskap batu dan debu, selalu ada ruang kecil bagi empati untuk tumbuh. Jika tambang bisa menumbuhkan pohon, memberdayakan ibu-ibu, menghidupkan ekonomi lokal, dan menyalakan mimpi anak muda, mungkin ia sedang belajar punya hati. Dan di situ, di sela suara mesin dan deru angin, keberlanjutan menemukan bentuknya yang paling manusiawi. (red.)