Oleh: dr. Ida Ayu Kirtiasih
Kondisi penyakit kronis saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat maupun keluarga terdekat. Salah satunya adalah penyakit kencing manis atau diabetes tipe II. Bagaimana jika orang‑orang terdekat tersebut, beberapa tahun ke depan, terdengar mengalami kebutaan akibat komplikasi dari penyakit kencing manis? Sebab, kebutaan akibat diabetes sangat mungkin terjadi pada penderita yang tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik.

Kebutaan menjadi ancaman yang harus diwaspadai oleh penderita diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada retina mata. Retina, sebagaimana fungsinya, sangat berperan penting dalam proses penglihatan. Retina adalah ujung-ujung saraf mata yang berfungsi menerima rangsangan cahaya, lalu menyalurkannya ke otak agar penglihatan terjadi. Penyakit yang menyerang retina akibat kadar gula darah tinggi ini disebut retinopati diabetik.
Jika pembuluh darah retina rusak akibat komplikasi dari diabetes, maka ancaman kebutaan sudah ada di depan mata. Berdasarkan penelitian di Indonesia, sekitar 43 persen penderita diabetes tipe II menunjukkan tanda-tanda retinopati diabetik. Bahkan, lebih dari seperempatnya berada pada tingkat yang mengancam penglihatan permanen. Sementara menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), sebanyak 11,1 persen orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes, yang artinya jutaan di antaranya hidup dalam risiko buta.
Apabila kebutaan sudah terjadi, umumnya penglihatan tidak akan kembali normal dan berujung pada disabilitas permanen. Retinopati diabetik saat ini menjadi penyebab utama kebutaan pada kelompok usia produktif 20 hingga 74 tahun. Tragisnya, kerusakan ini sering datang diam-diam, tanpa gejala pada tahap awal. Banyak pasien baru menyadari ketika pandangan mulai buram, muncul bayangan melayang, atau penurunan ketajaman visual yang signifikan.
Gejala awal yang biasanya dirasakan pada mata antara lain tampak titik‑titik atau serat yang bergerak, pandangan kabur, serta kemunduran daya lihat yang semakin memberat seiring waktu. Jika mengalami gejala‑gejala seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Namun, tidak semua penderita diabetes akan mengalami komplikasi ini. Bagi mereka yang rutin mengonsumsi obat setiap hari dan berhasil menjaga kadar gula darah tetap dalam batas aman, risiko komplikasi dapat ditekan. Pemeriksaan retina minimal satu kali dalam setahun sangat disarankan, bahkan ketika tidak ada keluhan, untuk mendeteksi komplikasi sejak dini.
Menjaga mata bukan hanya soal visual, tapi soal kualitas hidup. Jangan tunggu gelap untuk mulai peduli.(*)