Alasan kenapa anak-anak di Lombok pantang duduk di bantal

kicknews.today – Adat dan budaya Sasak atau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat beragam. Salah satunya budaya adab yang tidak pernah terkikis adalah tidak boleh menduduki atau menginjak bantal, terutama bagi anak-anak.

Di daerah lain kalimat itu juga tidak pernah asing. Biasanya, duduk di atas bantal dipandang sebagai hal yang pamali atau tidak boleh dilakukan. Konon duduk di atas bantal bisa membuat pantat jadi bisulan.

Tapi berbeda dengan kepercayaan warga Sasak, jika bantal diduduki maka anak itu akan jadi bodoh. Sehingga hal itu masih sangat melekat di kehidupan masyarakat sampai sekarang.

Sejauh ini memang belum ada penelitian yang membuktikan bahwa duduk di atas bantal dapat menyebabkan bodoh. Sebenarnya tidak ada kaitannya secara magis, meskipun secara medis duduk di atas bantal dianggap baik untuk kesehatan.

Pemerhati Budaya, Amaq Mila mengatakan, secara medis memang tidak ada hubungannya. Namun, perilaku itu sebenarnya memiliki makna lain, tentunya untuk mendidik generasi supaya memiliki adab yang baik.

Sebab, bagi masyarakat Sasak, bantal dianggap sebagai struktur tubuh tertinggi. Mengingat kepala sebagai gudang pemikiran dan harus dihormati dengan segala fasilitasnya.

“Sama halnya orang tua kita tempo dulu yang bilang ‘jangan ke tempat rimbunan ada beboro/raksasa/jin/tuyul, laun tesebok laun (nanti kamu di sembunyikan)’. Kalimat tersebut mengandung maksud supaya rimbunan/hutan/semak belukar dan lain itu supaya tetap lestari,” kata Amaq Mila, Jum’at (1/9).

Perilaku menduduki bantal lanjut dia, memang pantang bagi anak-anak di Lombok. Mungkin kebiasaan ini juga berlaku di daerah lain. Karena, tindakan itu menurutnya bagian dari cara orang tua mendidik anak agar tahu adab dan sopan santun dan bagiamana cara menghargai diri sendiri.

“Begitulah orang tua terdahulu mendidik anak memahami adab yang masih melekat sampai sekarang. Harapannya, supaya anak tidak miskin adab. Kalau bahasa kasarnya tidak kurang ajar,” jelasnya.

Sementara salah satu warga Dusun Kulur, Desa Tumbuh Mulia, Kecamatan Suralaga, Nuraini (54 tahun) mengatakan, menduduki bantal bisa jadi bodoh masih dipercaya sebagian masyarakat di desa. Sehingga orang tua kerap melarang ketika melihat anak-anak duduk di bantal.

“Ini sebenarnya lebih ke cara mendidik anak agar tahu sopan santun. Kami juga diajarkan seperti itu sama orang tua dulu,” katanya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI