Ada gangguan atmosfer, hujan di Lombok akan berlangsung hingga Agustus

Ilustrasi hujan

kicknews.today – Meski seharusnya sudah memasuki musim kemarau, hujan masih mengguyur sejumlah wilayah di Lombok dan NTB. Tidak sedikit warga yang mengeluhkan cuaca tak menentu, bahkan menyangka musim hujan belum berakhir. Padahal, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini tergolong wajar dan dikenal sebagai “kemarau basah”.

BMKG menjelaskan, hujan yang terjadi di musim kemarau disebabkan oleh adanya gangguan atmosfer dari gelombang Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuatorial. Gelombang-gelombang ini membawa massa udara lembap dari wilayah samudera, yang kemudian memicu terbentuknya awan hujan di wilayah Indonesia, termasuk NTB.

“Fenomena ini bukan berarti musim hujan kembali, tetapi bagian dari dinamika iklim tropis. Ketika MJO aktif melintasi wilayah tengah Indonesia, udara jadi lebih labil dan mudah membentuk hujan, meskipun sedang kemarau,” terang BMKG dalam keterangan resminya yang dikutip, Minggu (6/7/2025).

Selain faktor atmosfer, suhu muka laut (SST) di sekitar perairan NTB juga dilaporkan lebih hangat dari kondisi normal. Air laut yang lebih hangat menghasilkan lebih banyak uap air di atmosfer, yang ikut memperbesar peluang terjadinya hujan. Kondisi ini diperparah oleh dampak perubahan iklim global yang memicu musim tidak lagi stabil seperti sebelumnya.

BMKG menyebut fenomena hujan ini masih akan berlangsung hingga Agustus 2025. Setelah itu, NTB diperkirakan mulai memasuki puncak musim kemarau yang lebih kering dan panas. Kepala BMKG NTB, Agus Riyanto, juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana lokal seperti genangan air, pohon tumbang, atau longsor kecil akibat hujan mendadak yang disertai angin kencang.

“Kita menyebutnya wet dry season atau kemarau basah. Ini terjadi karena perubahan iklim global membuat distribusi curah hujan makin tidak menentu,” ujar Dr. Erma Yulihastin, ahli klimatologi dari BRIN, dalam pernyataan terpisah.

BMKG menegaskan, meski intensitas hujan tidak sebesar musim penghujan, masyarakat diimbau tetap memantau peringatan cuaca harian dan tidak lengah. Fenomena cuaca seperti ini diprediksi akan semakin sering terjadi dalam beberapa tahun ke depan, seiring perubahan pola iklim yang semakin dinamis dan ekstrem. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI