kicknews.today – Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak awal pekan membuat warga terkejut. Betapa tidak, saat ini NTB masih berada di puncak musim kemarau yang biasanya identik dengan teriknya matahari dan tanah yang retak.
Di beberapa daerah, warga bahkan sempat keluar rumah hanya untuk memastikan hujan benar-benar turun.

“Biasanya panas sekali, sampai debu naik ke jalan. Tapi kemarin sore malah hujan deras, basah semua. Rasanya aneh tapi juga syukur,” ujar Fitri, warga Kecamatan Tanjung, Lombok Tengah, Rabu (10/09/2025).
Fenomena hujan di musim kemarau ini ternyata bukan tanpa penjelasan. Menurut BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Lombok, kondisi tersebut dipicu oleh gelombang atmosfer Equatorial Rossby yang mendorong pertumbuhan awan hujan di wilayah NTB.
“Untuk kondisi hujan yang sekarang ini terjadi disebabkan adanya dinamika gelombang atmosfer yaitu Equatorial Rossby. Gelombang ini menyebabkan awan-awan hujan terbentuk, meski NTB masih dalam peralihan musim,” jelas Prakirawan BMKG, M. Andre Jersey.
Andre menegaskan, hujan yang turun saat ini bukan pertanda musim hujan sudah tiba. “Siklon tropis bukan penyebabnya. NTB masih berada di fase transisi dari kemarau ke penghujan,” katanya.
BMKG memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan terus mengguyur sejumlah kabupaten/kota hingga 11 September mendatang. Pada Rabu (10/09), wilayah yang berpotensi diguyur hujan antara lain Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, hingga Bima.
Sementara pada Kamis (11/09), hujan diperkirakan melanda Lombok Utara, Lombok Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Kota Bima. BMKG juga mengeluarkan peringatan dini angin kencang khususnya di Lombok Timur, Lombok Barat, dan Lombok Tengah.
Bagi sebagian warga, hujan di puncak kemarau membawa berkah karena tanaman yang mulai kering bisa kembali segar. Namun, ada pula yang khawatir hujan deras disertai angin kencang dapat memicu bencana lokal seperti pohon tumbang atau banjir genangan.
“Alhamdulillah sawah jadi basah lagi, tapi kami tetap khawatir angin kencang. Mudah-mudahan aman,” kata Junaidi, petani di Kecamatan Bayan.
BMKG mengingatkan agar masyarakat tetap waspada, terutama bagi nelayan dan pengguna transportasi laut karena kondisi angin kencang bisa meningkatkan tinggi gelombang di perairan sekitar NTB. (gii)