Kicknews.today – Keberadaan hiu paus di kawasan Akuarium Dunia Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia. Objek wisata langka ini tidak hanya menawarkan pengalaman unik, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.
Sesuai dengan visi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB lima tahun ke depan, yang menitikberatkan pada pembenahan sektor pariwisata, maka pengembangan wisata hiu paus di Teluk Saleh menjadi salah satu target utama. Pengelolaan yang serius diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat sekitar.

Focal Species Conservation Senior Manager dari Yayasan Konservasi Indonesia (KI), Iqbal Herwata menyebutkan bahwa keberadaan hiu paus di Teluk Saleh merupakan peluang besar untuk pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan.
“Keberadaan hiu paus di Teluk Saleh sangat unik, karena sekitar 70 persen dari 24 individu yang kami pantau melalui satelit cenderung menetap di wilayah ini selama bertahun-tahun,” kata Iqbal Herwata kepada media di Mataram, Kamis (17/04/2025).
Dibandingkan dengan Teluk Cenderawasih di Papua yang menjadi lokasi hiu paus terbesar di Indonesia, Teluk Saleh memang lebih kecil secara ukuran. Namun, keunggulannya terletak pada konsistensi kemunculan hiu paus sepanjang tahun, yang menjadikannya sangat potensial sebagai objek wisata dengan daya tarik permanen.
Teluk Saleh kata Iqbal Herwata, memiliki luas perairan sekitar 1.459 km persegi dan berbatasan langsung dengan Laut Flores, dipisahkan oleh Pulau Moyo dan Gunung Tambora. Untuk melihat hiu paus, wisatawan biasanya menumpang perahu nelayan menuju bagan-bagan ikan tempat kemunculan hiu paus dengan perjalanan sekitar satu jam dari pantai.
Hiu paus (Rhincodon typus), atau yang dikenal masyarakat Sumbawa sebagai pakek torok (hiu tuli), kerap muncul di permukaan laut pada pagi hari untuk memakan plankton dan ikan kecil di sekitar bagang.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, Jamaluddin Malady, menyebut wisata hiu paus sebagai wisata kelas atas yang memberikan pengalaman langka dan berkesan bagi wisatawan.
“Wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan salah satu makhluk laut terbesar di dunia. Ini merupakan pengalaman unik dan tak terlupakan. Tentu mereka akan ingin datang kembali,” ujarnya.
Namun, Jamaluddin mengakui adanya tantangan dalam hal ketersediaan akomodasi. Saat ini, jumlah kamar penginapan di Desa Labuhan Jambu masih terbatas, sehingga wisatawan kerap kesulitan mencari tempat menginap.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya berencana mengembangkan penginapan berbasis rumah warga.
“Mayoritas rumah di sana berbentuk rumah panggung. Nanti bagian bawah rumah bisa disulap menjadi penginapan. Ini seperti yang kita lihat di Mandalika, di mana rumah-rumah warga bisa dimanfaatkan untuk homestay, tentu dengan dukungan pemerintah,” jelasnya.
Dengan konsep ekowisata yang melibatkan masyarakat dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan, wisata hiu paus di Teluk Saleh berpotensi menjadi ikon baru pariwisata NTB yang mendunia. (wn-bii)