kicknews.today – Kematian tragis RW (25), seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diduga bunuh diri usai terseret kasus pencurian ponsel di sebuah gerai Alfamart di Kecamatan Kayangan, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Ayah korban, Nasruddin, menduga anaknya mengalami tekanan mental akibat ancaman oknum aparat, meskipun kasus dugaan pencurian tersebut telah diselesaikan secara damai.

”Anak kami tidak bunuh diri, tapi dibunuh mentalnya oleh oknum aparat itu,” ujar Nasruddin.
Nasruddin menuturkan bahwa RW tidak sengaja mengambil ponsel orang lain karena mirip dengan miliknya. Saat menyadari kesalahan, RW langsung mengembalikan ponsel tersebut dan berdamai dengan pemiliknya melalui mediasi resmi. Pihak keluarga bahkan telah memberikan uang damai sebesar Rp 2 juta untuk menyelesaikan masalah ini.
Namun, setelah perdamaian tersebut, RW diduga masih mendapat tekanan dari oknum aparat kepolisian, yang disebut-sebut mengancamnya dengan hukuman tujuh tahun penjara dan denda Rp90 juta.
”RW sempat bercerita bahwa ia diminta menyerahkan Rp 15 juta, lalu naik menjadi Rp 90 juta, atau dipenjara selama tujuh tahun,” bebernya.
Tekanan ini diduga menjadi pemicu RW mengalami depresi hingga akhirnya mengakhiri hidupnya.
”Anak saya bahkan pernah mengatakan, lebih baik mati atau dipenjara seumur hidup daripada harus mengakui hal yang tidak saya lakukan,” katanya.
Kepergian RW meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Dikenal sebagai pemuda gigih dan berprestasi, RW pernah menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk membiayai kuliahnya hingga mendapatkan beasiswa di salah satu kampus di Malang, Jawa Timur.
Pada 2023, RW lulus seleksi ASN PPPK dan bekerja sebagai staf teknis di Dinas PUPR Lombok Utara. Selain bekerja, RW juga berjualan es keliling demi menopang ekonomi keluarganya.
”Anak saya adalah tulang punggung keluarga, seorang pemuda yang taat beribadah dan berjuang demi keluarganya,” ujarnya.
Keluarga RW tidak terima dengan kejadian ini dan menuntut oknum aparat yang diduga menekan RW untuk diberhentikan dari institusi kepolisian. Mereka juga meminta pelaku yang menyebarkan video CCTV kasus dugaan pencurian RW ditindak.
”Kami ingin keadilan. Oknum aparat yang menekan mental anak kami harus diberhentikan,” tegasnya.
Terkait insiden penyerangan Polsek Kayangan yang diduga dipicu kematian RW, Kapolda NTB Irjen Hadi Gunawan menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan.
”Masih diselidiki, pemicu yang sebenarnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolres Lombok Utara AKBP Agus Purwanta membantah adanya tekanan dari pihak kepolisian terhadap RW.
”Tidak ada itu, kami tidak melakukan penahanan. Jadi bagaimana mungkin ada tekanan?” ujarnya.
Kasus ini masih terus bergulir, dan masyarakat menantikan kejelasan atas tragedi yang mengakibatkan kehilangan nyawa seorang ASN muda berbakat. (gii)