kicknews.today – Universitas Mataram (Unram) kembali menunjukkan inovasinya di dunia teknologi kesehatan melalui peluncuran Smart ENT, sebuah alat endoskopi berbasis AI yang berhasil mencuri perhatian para dokter di Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang digelar di Mataram pada tanggal 18–20 Februari 2025. Acara tersebut, yang dihadiri sekitar 1.500 dokter dari 34 provinsi, menjadi bukti nyata a ntusiasme para profesional medis dalam menyimak terobosan teknologi yang diyakini akan merevolusi praktik diagnostik di Indonesia.
Smart ENT dirancang untuk mengatasi keterbatasan alat endoskopi konvensional dengan menghadirkan kamera Ultra HD yang menghasilkan visualisasi tajam serta sistem pencahayaan LED untuk penerangan optimal. Teknologi analisis real-time berbasis AI-nya mampu mendeteksi secara otomatis anomali seperti polip, luka, atau tumor, sehingga membantu dokter mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Fitur peningkatan gambar otomatis dan controller IoT yang mengatur suhu air, tekanan udara, serta alat sedot secara presisi semakin menambah nilai tambah dari produk ini. Integrasi dengan Rekam Medis Elektronik (EMR) juga memudahkan dokumentasi dan analisis data medis secara digital.

dr. Rina Wijayanti, spesialis penyakit dalam asal Jakarta yang turut hadir dalam Muktamar IDI di Mataram, meyakini Smart ENT akan merevolusi praktik medis sehari-hari. “Dengan Smart ENT, kami merasa lebih percaya diri saat melakukan pemeriksaan. Visual yang dihasilkan sangat jelas, dan sistem AI-nya memungkinkan kami mendeteksi kelainan dengan cepat—ini sangat krusial bagi keselamatan pasien.” ujarnya.
Inovasi ini merupakan hasil kerja sama intens antara Fakultas Kedokteran, Teknologi Informasi, dan Teknik Elektro Unram.
Prof. Dr. dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL (K), M.Kes sebagai inisiator Smart ENT di sela-sela kegiatan Muktamar di Hotel Lombok Raya Mataram, Rabu (12/2/2025) menekankan tentang pentingnya upaya kolaboratif dalam inovasi di dunia pendidikan dan kesehatan sehingga dapat menciptakan teknologi yang relevan untuk kebutuhan masyarakat.
“Inovasi Smart ENT ini menghadirkan teknologi medis yang relevan dan aplikatif. Dengan kandungan lokal lebih dari 70 persen, alat ini tidak hanya berkualitas tinggi tetapi juga mampu menekan biaya produksi hingga 90 persen dibandingkan produk impor. Kami percaya bahwa produk ini akan membuka jalan bagi terobosan baru dalam dunia kesehatan di Indonesia,” jelas Prof. Hamsu guru besar yang membawa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram menuju akreditasi paripurna.
Lebih jauh dikatakan Prof. Hamsu, inovasi Smart ENT juga selaras dengan semangat program Astacita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Program ini menekankan pentingnya penguatan inovasi dalam negeri, peningkatan kemandirian nasional, dan pengurangan ketergantungan terhadap alat kesehatan impor.
“Smart ENT adalah salah satu contoh konkret bagaimana inovasi lokal dapat mendukung visi Astacita dengan memanfaatkan teknologi canggih untuk menciptakan produk berkualitas tinggi yang siap bersaing di pasar nasional,” ungkap Prof. Hamsu.
Saat ini Smart ENT masih pada tahap awal produksi sementara proses finalisasi izin edar sedang berlangsung dengan proyeksi kapasitas produksi mencapai 50 unit per bulan. Kolaborasi antara dokter, ahli TI, ahli elektro, dan pakar manajemen di NTB memastikan bahwa aspek pemasaran dan distribusi berjalan optimal, sehingga Smart ENT dapat segera diproduksi massal dan didistribusikan ke seluruh negeri.
Data dari Solah Medical AI mendukung penerapan kecerdasan buatan dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi diagnosis, sejalan dengan inovasi yang dibawa oleh Smart ENT. Muktamar IDI ke-31 ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran ilmu dan pengalaman, tetapi juga simbol kekuatan inovasi Indonesia yang mampu menghasilkan solusi medis modern dengan sentuhan teknologi canggih dan semangat kemandirian nasional.
Dengan hadirnya Smart ENT, Unram membuktikan bahwa melalui sinergi riset akademis, kolaborasi industri, dan dukungan kebijakan seperti program Astacita, Indonesia semakin siap untuk menjadi pemain utama di kancah teknologi kesehatan global dan meningkatkan kualitas pelayanan medis bagi seluruh masyarakat. (red2*)