kicknews.today — Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Barat menyatakan dukungannya terhadap langkah Polda NTB dalam mengungkap kasus pelecehan seksual di Mataram yang melibatkan pelaku IWAS, seorang pemuda disabilitas tanpa tangan, sebagai tersangka. Direktur PKBI NTB, Ahmad Hidayat, menegaskan komitmen PKBI tersebut untuk mendampingi korban dan memastikan fakta hukum terungkap.
“PKBI sudah dan siap memberikan dukungan bagi korban. Itu satu. Kemudian yang kedua, mendukung langkah-langkah dari kepolisian untuk membuka kasus ini sejelas-jelasnya untuk menemukan keadilan,” ujar Ahmad Hidayat saat dihubungi kicknews.today, Selasa (4/12/2024).
Dia mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengawal proses hukum agar kasus ini dapat ditangani secara transparan dan objektif. Ahmad Hidayat juga menyoroti pentingnya memahami kasus ini dalam konteks disabilitas, tanpa terjebak pada stereotip bahwa penyandang disabilitas selalu tidak berdaya.
“Yang ingin kami sampaikan kepada publik, mari kita lihat prosesnya, kita kawal prosesnya agar ini menjadi terang-benderang. Kemudian karena ini ada cross-cutting dengan isu disabilitas, yang perlu dilihat dalam konteks ini adalah, jangan sampai kita mempertahankan persepsi bahwa disabilitas itu pasti tidak berdaya, pasti jadi korban. Memang perlu dilihat dalam proses ini, sudut pandang kedua belah pihak,” jelas Ahmad Hidayat.
Dia menekankan bahwa kekerasan seksual tidak selalu berbentuk fisik. Ia mengingatkan adanya berbagai jenis pelecehan, intimidasi, atau ancaman yang bersifat non-fisik, yang juga harus menjadi perhatian dalam penyelidikan.
“Bicara tentang kekerasan, pelecehan, perkosaan, itu tidak selalu konteksnya orang itu diperkosa, orang itu dilecehkan dalam kondisi tangannya terikat sebagai korbannya. Masih banyak model-model pelecehan, masih banyak model-model semacam intimidasi dan lain sebagainya yang itu non-fisik. Model-model pengancaman itu bisa melalui model-model non-fisik,” paparnya.
Menurut Ahmad Hidayat, pengumpulan bukti dan fakta dari berbagai pihak sangat penting untuk memastikan keadilan. Dia juga menyayangkan banyaknya asumsi yang beredar di media sosial terkait kasus ini.
“Jadi itu juga perlu kita perhatikan dan kita lihat nantinya dalam proses pengadilan, proses di kepolisian, apakah ini bisa dibuktikan atau tidak. Dan yang terakhir yang ingin kami sampaikan ke masyarakat luas juga, bahwa memang kita prihatin dengan disabilitas yang diduga sebagai pelaku ini mendapatkan status tersangka. Kita prihatin, tapi jangan abai juga bahwa ada perempuan di sana, jadi penting dilihat bagaimana masa depannya,” tambah Ahmad Hidayat.
Dia juga menyoroti pentingnya melihat jumlah korban yang diduga lebih dari satu, berdasarkan pendampingan dari tim aktivis. “Untuk sementara memang kalau dari update teman-teman pendamping itu lebih dari satu korban, kita juga perlu lihat. Jadi siapapun, dimanapun, itu punya potensi untuk menjadi korban maupun menjadi pelaku dengan situasinya masing-masing. Jadi sebaiknya ketika ada kejadian seperti ini, penting untuk mengumpulkan banyak data, banyak fakta, banyak keterangan dari berbagai pihak agar kita lebih bisa menemukan faktanya, bukan hanya didasarkan pada asumsi-asumsi belaka,” tegasnya.
Ahmad hidayat juga mengkritisi pandangan yang tidak objektif dari komentar-komentar di dunia maya. “Karena saat ini yang banyak beredar di dunia maya, komentar-komentar netizen, itu semacam persepsi dan asumsi bahwa pasti ini disabilitas nggak bisa ngapa-ngapain seperti itu. Dan cukup tidak objektif di situ,” ujarnya.
Ahmad Hidayat pun mendukung penuh langkah kepolisian dalam menangani kasus ini. “Mari kita lihat ini dengan sudut pandang yang objektif dan kita lihat proses ke depannya. Jika memang tidak bersalah, ya dibuktikan. Kalau memang bersalah, dibuktikan. Tapi pada intinya, siapapun korban kekerasan seksual, PKBI akan hadir untuk memberikan dukungan yang sebesar-besarnya,” ungkap dia.
Ia juga mengapresiasi peran organisasi perempuan seperti Senyum Puan dan aktivis lainnya yang terus mendukung pemulihan kesehatan korban. “Kami mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Senyum Puan dari PBHM dan teman-teman gerakan aktivis perempuan lainnya untuk memastikan kesejahteraan dari penyintas atau korban,” tutupnya. (red.)