kicknews.today – Menindaklanjuti workshop pendamping kader yang telah dilaksanakan pada 23-24 April 2024, serta workshop kesehatan pada 29-30 April, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan UNICEF mengundang kader serta pendamping kader untuk berpartisipasi dalam kegiatan monitoring. Fokus Group Discussion (FGD) tersebut digelar pada Senin (27/5/2024) di Selong, Lombok Timur, dengan tujuan meninjau pelaksanaan edukasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan mobilisasi masyarakat oleh para kader kesehatan.
Staf PKBI, Budiman, menjelaskan bahwa kegiatan ini lebih ditujukan untuk supervisi guna melihat apa yang telah dilakukan oleh para kader selama sebulan terakhir setelah pelantikan mereka. “PKBI dan UNICEF menggunakan mekanisme yang sudah ada di dinas atau di kalangan kader. Kami tidak turun langsung atau melakukan pendampingan secara langsung karena para kader ini sudah memiliki pendamping,” kata Budiman.
Pendamping tersebut telah dilatih dan berasal dari Puskesmas wilayah pendampingan para kader. “Mekanisme ini sudah ada di desa atau Puskesmas itu sendiri. Harapan kami, meskipun ke depan PKBI NTB atau UNICEF tidak lagi terlibat dalam program KAP ini, kami berharap program tetap berjalan. Ada yang mendampingi kader dalam melakukan sosialisasi karena metode yang kami lakukan adalah metode baru bagi para kader,” tambahnya.
Budiman menjelaskan bahwa metode KAP ini adalah Komunikasi Antar Pribadi yang mencoba mendekati masyarakat untuk mengetahui akar masalah yang dihadapi. “Misalnya, mengapa masyarakat tidak mau memeriksakan kehamilannya, vaksin, atau imunisasi. Kami mencoba membawa konsep KAP untuk digunakan para kader dalam mendekati masyarakat agar bisa mengetahui masalah yang dihadapi. Metode ini berbeda dari sosialisasi ceramah yang biasanya membosankan. Kami berharap metode KAP ini dapat diterima masyarakat dengan cara yang lebih personal dan interaktif,” ujarnya.
Meski para kader sudah dilantik, Budiman menyebut tantangan dalam merekrut kader kesehatan masih ada. “Tantangan ini kami atasi dengan memberikan pemahaman yang sama untuk semua kader dan pendamping. Setiap pendamping memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang sangat intens dengan kadernya, dan itu mempengaruhi kader-kader yang bergerak di bawahnya,” jelasnya.
Untuk memastikan program berjalan, PKBI menggunakan komunikasi langsung dengan kader melalui grup WhatsApp untuk memberikan arahan dan menyatukan persepsi. “Kami juga melakukan pertemuan dengan pendamping kader meskipun masih sebatas online. Hal ini untuk menyatukan persepsi dalam menyampaikan tujuan program agar tercapai. Setelah komunikasi, mereka mengatur jadwal turun ke lapangan dan kami memberikan masukan atau poin-poin pola yang perlu dipertahankan atau diperkuat,” terang Budiman.
Meski di Lombok Timur dukungan nyata belum terlihat, Budiman mengungkap bahwa di Mataram, pihaknya mendapatkan tawaran dari pemerintah desa atau kelurahan untuk menguatkan kader melalui penggunaan anggaran. “Kami sudah mendapatkan hasil yang cukup baik. Seperti di Mataram, apabila ibu-ibu tidak datang ke posyandu, nantinya akan dilakukan kunjungan ke masing-masing rumah,” tambahnya.
Dengan langkah-langkah ini, PKBI dan UNICEF berharap program KAP dapat terus berjalan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat di Lombok Timur dan sekitarnya. (cit-red.)