Kasus kekerasan perempuan dan anak di Lombok Timur masih tinggi

kicknews.today – Masih tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Lombok Research Center (LRC) melakukan kampanye dan aksi kolektif peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) dan Hari Disabilitas Nasional. Kampanye dan aksi tersebut dilakukan di SMPN 2 Masbagik Lotim, Sabtu (3/12).

Sekretaris Daerah (Sekda) Lotim, M. Juaini Taofik menyampaikan, bahwa saat ini memang angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Lotim masih cukup tinggi. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan pada 2021 terdapat 205 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Kabupaten Lotim.

Ia katakan, Lotim menyumbang 34 persen dari 598 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Provinsi NTB. Dari 205 kasus kekerasan terhadap anak, terdapat 11 persen (23 kasus) diantaranya berupa kekerasan seksual terhadap anak. Untuk itu kerja-kerja kolaborasi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), NGO dan private sector harus terus dilaksanakan. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa.

“Kerja-kerja kolaborasi semua pihak harus terus dilakukan untuk menekan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Lotim,” ungkap Juani Taofik.

Kampanye yang dilakukan menghadirkan Kepala Dinas Kesehatan Lotim, Fathurrahman. Untuk menekankan agar sejak dini mulai dari sekolah, anak-anak harus menghilangkan dengan tegas untuk tidak melakukan kekerasan terhadap anak.

Anak harus sehat secara fisik dan mental agar generasi kedepannya menjadi generasi unggul. Tidak hanya itu, selain kekerasan terhadap anak, sejak dini juga harus kita stop perkawinan anak. Karena perkawinan anak ini merupakan salah satu penyebab angka stunting di Kabupaten Lotim.

“Selain penghapusan kekerasan terhadap anak. Kita juga harus memerangi bersama perkawinan anak ini. Dan harus mulai dari sekolah. Karena perkawinan anak merupakan salah satu penyebab tingginya stunting di Lombok Timur,” ungkapnya.

Kendati demikian, Manager program Inklusi, LRC, Baik Titis Yulianty juga menegaskan bahwa dalam pelaksanaan program tersebut fokus utamanya dititikberatkan pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta mendorong pelayanan perlindungan sosial yang inklusif. Upaya-upaya untuk mendorong pembangunan yang inklusif terus dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.

Salah satu bentuk LRC dalam pelaksanaan program tersebut adalah dengan melakukan aksi kolektif dengan berbagai pihak dalam mengkampanyekan penghapusan kekerasan terhadap anak terutama di lingkungan sekolah. Kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dimaksud di dalamnya termasuk perkawinan anak yang sejauh ini masih cukup tinggi di Kabupaten Lotim.

Dalam Aksi kolektif ini, dipilih SMPN 2 Masbagik sebagai lokasi kegiatan ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Diantaranya, SMPN 2 merupakan salah satu sekolah yang berada dari lokasi program dengan zonasi yang ada beberapa desa dampingan menjadi wilayah cakupan peserta didiknya yang diikuti oleh puluhan siswa. Selain itu, sekolah tersebut adalah salah satu sekolah yang peserta didiknya berasal dari komunitas wetu telu.

Baiq Titis Yulianty juga mengatakan bahwa tujuan kegiatan hari ini yaitu, untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bentuk kekerasan. Meningkatnya pengetahuan siswa tentang resiko pernikahan usia anak dan komitmen bersama penghapusan kekerasan terhadap anak.

“Kegiatan ini juga dirangkai dengan penandatanganan kerjasama dengan 5 Dinas terkait keberlanjutan program inklusi pada tahun depan,” pungkas Titis Yulianty. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI