1 lagi pejabat Lombok Barat jadi tersangka dugaan korupsi

Kabid Dayasos Dinsos Lombok Barat, M Zakaki ditahan Kejari Mataram. Selasa (2/12/2025). (Dok. Kejari Mataram)

kicknews.today — Kejaksaan Negeri (Kejari) Mataram kembali menetapkan dan menahan satu orang tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi pengadaan barang untuk masyarakat di Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2024.

Tersangka berinisial H. MZ, S.IP, seorang aparatur sipil negara (ASN) yang menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sekaligus Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di lingkungan Pemkab Lombok Barat, resmi ditahan dan dititipkan di Lapas Kelas IIA Lombok Barat.

Lombok Immersive Edupark

Kepala Kejari Mataram, melalui keterangan resminya, menjelaskan bahwa penahanan ini merupakan bagian dari pengembangan penyidikan atas program “Belanja Barang untuk Dijual/Diserahkan kepada Masyarakat” yang dianggarkan sebesar Rp22,26 miliar. Program tersebut mencakup 143 kegiatan, dimana 100 diantaranya merupakan usulan pokok pikiran (Pokir) anggota DPRD Lombok Barat.

Penyidik menyoroti 10 paket kegiatan Pokir dengan nilai pagu mencapai Rp2 miliar, yang tersebar di Bidang Pemberdayaan Sosial (8 paket) dan Bidang Rehabilitasi Sosial (2 paket). Dalam pelaksanaannya, ditemukan sejumlah pelanggaran yang mengarah pada praktik korupsi.

H. MZ bersama tersangka lainnya, Hj. DD, SE (oknum pejabat), AZ (anggota DPRD), dan R (swasta), diduga:

Menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) tanpa melakukan survei pasar, hanya mengacu pada ketersediaan anggaran dan Standar Satuan Harga (SSH) 2023, sehingga terjadi mark-up harga.

Selain itu Mengatur pemenang tender secara langsung bersama AZ dengan menunjuk penyedia tertentu, yakni R. Tidak melakukan pengawasan dan pengendalian kontrak, yang menyebabkan pekerjaan tidak sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK). Menyetujui pembayaran kepada penyedia yang tidak melaksanakan pekerjaan, yang mengakibatkan kerugian negara.

Laporan Hasil Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN) dari Inspektorat Kabupaten Lombok Barat mencatat kerugian negara mencapai Rp1.775.932.500 akibat praktik mark-up dan belanja fiktif tersebut.

Para tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) dan/atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, atau Pasal 12 UU Tipikor.

Kejari Mataram menegaskan komitmennya untuk menuntaskan pengusutan kasus ini hingga ke akar-akarnya, sebagai bagian dari upaya menjaga integritas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. (wii)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI